KUNINGAN (MASS) – Dalam rangkaian agenda budaya Seren Taun di Cigugur, Kuningan, digelar pameran delapan motif batik khas yang diwariskan oleh almarhum Pangeran Jati Kusuma kepada para putra-putrinya.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bupati dan Wakil Bupati Kuningan, serta sejumlah dinas dan tokoh adat.
Ketua Yayasan Tri Mulya, Dewi Kanti, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan kepada Pangeran Jati Kusuma yang belum genap 30 hari wafat. Menurutnya, warisan budaya yang ditinggalkan bukan sekadar bentuk fisik, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang harus terus dirawat.
“Upaya penghormatan kepada sepuh kami, Rama Pangeran Jati Kusumah, yang belum 30 hari meninggalkan kami, mi eling naon anu tos di kantunkeun hiji warisan kebudayaan, yang sebetulnya akan menjadi besar tanggung jawab kami untuk menjaga dan merawatnya,” ujarnya, Senin (16/6/2025).
Dewi Kanti menyampaikan bahwa Rama Pangeran Jati Kusuma telah mewariskan dan menitipkan beragam kebudayaan. Ia menekankan bahwa apa yang telah ditinggalkan merupakan sesuatu yang harus dijaga agar tetap abadi dan berkesinambungan.
“Rama pangeran jati Kusuma beliau mewariskan dan menitipkan beragam warisan kebudayaan. Yang tentunya beliau ingin meletakkan bahwa apa yang sudah belaiu tinggalkan itu menjadi tetap abadi dan berkesinambungan untuk membuktikan peradaban manusia sunda adalah peradaban yang tidak lemah dan tidak boleh dilemahkan,” ucapnya.
Bupati Kuningan, Dr Dian Rachmat Yanuar MSi dalam sambutannya mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tersebut. Ia menilai bahwa langkah kecil seperti pameran ini merupakan bagian dari ikhtiar besar untuk melestarikan budaya daerah.
“Jadi pameran dan talk show ini temanya keren menembus Cakrawala, ini adalah ikhtiar kita langkah-langkah kecil menuju langkah besar,” ujar Dian.
Ia menambahkan bahwa dalam pepatah mengatakan menjaga budaya bukan hanya bukan sekedar merawat bentuknya melainkan harus menjaga ruh dan maknanya.
“Ngamumule budaya teh lain ukur ngajaga lahirna tapi oge ngariksa jiwana. Jadi merawat menjaga budaya bukan hanya bukan sekedar merawat bentuknya saja tetapi juga menjaga ruhnya,” ungkapnya. (rizal/mgg)