KUNINGAN (MASS)- Saya awali tulisan ke-4 di milad ke-4 kuningan mass ini dengan sedikit cerita. Awalnya topik sekaligus judul tulisan saya berkaitan dengan “Menuju 2 Tahun Kuningan MAJU, Maju Atau Halu?”.
Setelah melalui proses perenungan yang cukup panjang, akhirnya saya memutuskan untuk menunda tulisan dengan tema tersebut. Karena pasca dilantik pada 4 Desember 2018, masih ada sekitar 9 bulan menuju 2 tahun pemerintahan yang dipimpin oleh Bapak Acep Purnama dan Bapak Ridho Suganda.
Jadi nanti saja kita cerita tentang kinerja Bapak Acep Purnama dan Bapak Ridho Suganda, (disingkat: NKCTK…, panjang amat). Kita cerita saja tentang mahasiswa bisa apa: hari ini, bukan nanti.
Era revolusi 4.0 mengakibatkan digitalisasi di segala bidang, termasuk dalam hal media informasi dan berita. Peran media massa online sebagai sumber berita dan informasi kian hari semakin menjadi rujukan utama. Tidak terkecuali dengan warga Kuningan yang sudah barang tentu mengakses berbagai portal berita online yang menyajikan berita seputar peristiwa yang sedang berlangsung di Kabupaten Kuningan.
Dampaknya, masyarakat Kuningan semakin terbuka merespon situasi dan kondisi serta perkembangan yang sedang terjadi di Kabupaten Kuningan. Ada beberapa kasus yang kemudian menjadi sorotan warga. Mulai dari juara kemiskinan ke-dua sampai yang terbaru ini adalah mengenai penurunan status dari pacaran jadi kakak-adikan, (eh salah), mengenai penurunan status Ciremai dari Taman Nasional menjadi Taman Hutan Raya.
Berbicara soal kemiskinan memang kita sering mengidentikkan dengan kondisi ketidakmampuan secara materil. Tetapi terkadang kita lupa, sebenernya ada juga kemiskinan yang sifanya non-materil. Memang, ada sebagian warga Kuningan yang berada pada garis kemiskinan, karena mereka tidak bisa memiliki beras. Di lain pihak, ada sebagian kalangan yang berada pada zona kemiskinan, karena mereka kekurangan integritas dan loyalitas.
Bisa dibaca juga : Ternyata, Ada Kalangan yang Lebih Miskin dari Penduduk Miskin Kabupaten Kuningan
Sehingga tidak berlebihan ketika pekerjaan rumah kita sebenarnya tidak hanya sekedar melawan kemiskinan dari segi ekonomi, melainkan juga dari sisi budi pekerti.
Oke, dari realitas kemiskinan yang sedang dihadapi, sebetulnya mahasiswa bisa apa?
Next, kalau ngomongin soal kemiskinan gak updol kalau gak ngomongin soal ketersedian lapangan pekerjaan. Jumlah Pengangguran Terbuka yang semakin tahun meningkat, membuktikan bahwa ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja di Kabupaten Kuningan memang nyata. Tercatat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kuningan sampai 2019 jumlah Pengangguran Terbuka sebanyak 63.092 orang.
hayo loh, selesai mahasiswa mau jadi apa? mau jadi bagian dari kaum pengangguran terbuka?
Next, cerita lagi. Kemarin-kemarin sempat heboh di telinga warga pecinta dangdut Indonesia, soal Neng Ega Noviantika yang memputuskan untuk mengganti status di usia muda. Dan, baru-baru ini kembali santer terdengar di telinga warga termasuk anak muda pencinta alam bumi Indonesia, ada wacana menurunkan status Neng Ega (eh keliru), menurukan status Gunung Ciremai dari Taman Nasional menjadi Taman Hutan Raya.
Dari wacana ganti status itu kemudian menimbulkan polemik di kalangan warga, ada yang pro dan ada yang kontra. Ada juga, aliansi kelompok yang kemudian menggelar pagelaran aksi-aksi nyata, dengan maksud memberikan edukasi kepada para warga.
Akibat aksi, kemudian Bapak Bupati sempat tersinggung dan terlihat sedikit marah, karena sebagai dari aksi bertujuan untuk naikin Pendapatan Asli Daerah. Sementara, anggota dewan malah diam-diam naikin tunjangan rumah.
Ada begitu banyak persoalan yang sedang dihadapi Kuningan, berbagai masalah diatas hanya saya paparkan secara sepintas dan terbatas, tentunya perlu diskursus yang lugas agar berbuah solusi yang bisa mengatasi masalah secara tuntas.
Mungkin, sebagian dari kita (mahasiswa) pernah mendapat pertanyaan dari sebagai warga ataupun sesama mahasiswa, sebenernya kita bisa ngelakuin apa? apa iya, tugas mahasiswa hanya untuk tinggi-tinggian IPK? Masa iya sih, yang bikin resah semasa kuliah hanya persoalan nikah? Lalu sebagai mahasiswa sebenernya kita bisa apa? Terlebih dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini.
Tentunya ada banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa, terlebih secara umum adalah anak muda. Kita memiliki potensi untuk menciptakan masa depan, kita memiliki pemikiran dan wawasan untuk melakukan perubahan, kita memiliki energi untuk bisa menggerakan. Tinggal kitanya, tergerak atau tidak melihat kondisi kemiskinan? Berani atau tidak beradu gagasan dengan anggota dewan? Bisa atau tidak menggerakan usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan?
Ada 2 kata kunci yang seharusnya bisa menjadi core values di setiap jiwa anak muda, inovation and collaboration.
Bersambung…..
Nanti kita cerita tentang mahasiswa bisa apa di efisode selanjutnya, bukan hari ini tapi nanti. (NKCT…., ah, rumit lagi. Serumit cerita cintamu).
Sebelum melanglangbuana kemana-mana, terlebih dahulu mari kita biasakan membaca. Membaca tidak hanya sekedar buku-buku, jurnal, atau berita-berita. Lebih dari itu, kita juga dituntut untuk bisa membaca situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Membaca bukan hanya yang tersurat tetapi yang tersirat.***
Penulis : Fudzi Hanafi
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Alumni MAN 1 Kuningan