KUNINGAN (MASS) – Di balik rutinitas dunia perbankan yang padat dan serba terukur, Ikawati seorang pegawai bank yang akrab disapa Ika menemukan ruang bernapasnya di tempat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, yaitu puncak-puncak gunung.
“Kerja di bank itu ritmenya cepat, tuntutannya tinggi. Kalau tidak pandai menjaga diri, kita bisa tenggelam dalam tekanan,” ujar Ika. Karena itulah, ia selalu mencari cara agar hidupnya tetap seimbang.
Pilihan Ika jatuh pada alam bebas. Setiap akhir pekan, alih-alih menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan atau kafe, ia justru memanggul carrier dan menjejakkan kaki di jalur pendakian. Dari gunung-gunung tertinggi di Jawa Barat hingga Jawa Tengah, langkahnya seolah tak pernah berhenti.
Ketertarikannya pada dunia pendakian bermula pada awal 2025. Saat itu, kejenuhan yang menumpuk akibat rutinitas kantor membuatnya ingin mencoba sesuatu yang benar-benar baru.
“Waktu teman mengajak mendaki, saya pikir, kenapa tidak? Ternyata dari situ semuanya berubah,” kenangnya sambil tersenyum.
Sejak pendakian pertamanya, Ika langsung jatuh hati. Bukan hanya pada panorama puncak yang menenangkan, tetapi juga pada prosesnya.
“Perjalanan naik gunung itu mengajarkan saya banyak hal, mulai dari keteguhan, kesabaran, soliditas. Kita benar-benar belajar menghadapi diri sendiri,” katanya.
Hobi mendaki gunung pun perlahan memengaruhi cara Ika mengatur hidup. Ia menetapkan batasan kerja yang jelas agar kesehatan fisik dan mentalnya tetap terjaga.
“Saya belajar bahwa istirahat itu penting. Hidup bukan cuma soal kerja,” ujarnya tegas.
Impian Ika kini semakin besar. Ia berambisi menaklukkan gunung-gunung tertinggi di Indonesia. Baginya, mimpi itu bukan sekadar tantangan, tetapi perjalanan spiritual yang memperkaya hidup. Pendakian sederhana yang dulu ia lakukan sebagai pelarian dari rutinitas kini menjadi pengingat paling kuat bahwa setiap orang membutuhkan jeda.
“Kembali ke alam bukan cuma rekreasi,” kata Ika.
Bagi Ika, keseimbangan hidup terletak pada kemampuan seseorang untuk bekerja keras, menjaga kesehatan, dan menikmati perjalanan.
“tapi cara untuk menyusun ulang pikiran dan mengembalikan energi,” pungkasnya. (argi)
