KUNINGAN (MASS) – Seberapa rapuhkah jalinan perekonomian global dan nasional di tengah gejolak geopolitik yang tak terduga?
Pertanyaan ini menghantui kita di tengah kabar memanasnya tensi antara Israel dan Iran.
Pada 13 Juni 2025, dunia dikejutkan oleh serangan udara Israel yang menewaskan para pemimpin militer Iran, diikuti oleh balasan Iran dengan rentetan drone berisi bahan peledak.
Peristiwa ini sesungguhnya adalah awal dari eskalasi yang akan berkembang jauh meluas lintas area dan bisa jadi ini perang antar regional bahkan perang skala global.
Ini adalah dentuman keras yang mengguncang fondasi perekonomian global yang sudah rapuh, dan secara langsung, perekonomian nasional kita. Provokasi Israel ini sungguh sesuatu yang besar dan hasil akhirnya sangat sulit diprediksi.
Masalah yang kita hadapi bukan hanya seputar konflik regional, melainkan potensi krisis ekonomi global yang serius.
Bagaimana tidak? Kita tahu bahwa gejolak di satu titik dunia, apalagi di wilayah sentral seperti Timur Tengah, akan memicu efek domino yang merambat ke seluruh penjuru.
Lantas, bagaimana kita merumuskan masalah ini, dan gagasan apa yang dapat Indonesia -sebagai negara dengan mandat menjaga ketertiban dunia dalam konstitusinya- tawarkan untuk menghadapinya?
Mari kita bayangkan perekonomian dunia sebagai sebuah kapal besar yang sedang berlayar di tengah samudra yang berombak.
Sudah sejak lama kapal ini dihantam berbagai gelombang ketidakpastian: pandemi yang melumpuhkan, inflasi yang membayangi, dan disrupsi rantai pasok yang tak kunjung usai.
Kini, provokasi dari Israel dengan menyerang Iran sungguh akan menjadi badai baru yang menerjang, bukan hanya dengan gelombang yang lebih tinggi, tetapi juga ancaman karang tersembunyi yang siap merobek lambung kapal.
Jika konflik ini berkepanjangan, bukan hanya tujuan pelayaran yang terancam, tetapi keberlangsungan seluruh awak dan penumpang di dalamnya.
Konflik ini, yang telah menyeret nama besar dua kekuatan regional, telah membuka babak baru ketidakpastian yang jauh lebih kompleks dan berpotensi merusak.
Dentuman serangan udara dan peluncuran drone bukan hanya sekedar simbol kekuatan militer, namun juga sinyal bahaya yang dapat mengubah peta ekonomi global secara drastis.
Harga Minyak Bergejolak adalah Tanda Awal Ketidakpastian Ekonomi Yang Lebih Besar
Harga minyak, misalnya, adalah bahan bakar vital bagi mesin kapal ini.
Selat Hormuz, ibarat leher botol yang harus dilalui oleh sebagian besar pasokan minyak global.
Sekitar 20% dari total produksi minyak harian dunia melintasi selat krusial ini.
Pada 13 Juni 2025, tak lama setelah eskalasi konflik, harga minyak mentah jenis Brent, yang menjadi standar internasional, melonjak 5 persen, bahkan kontrak berjangka minyak sempat melonjak lebih dari 13 persen.
Sementara itu, minyak mentah WTI menembus angka US$ 73 per barel, naik lebih dari 6%.
Lonjakan ini adalah respons langsung terhadap kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah.
Jika leher botol ini tersumbat karena konflik yang meluas, apa yang terjadi? Harga minyak akan melambung tinggi, mencapai level yang belum pernah kita saksikan sebelumnya.
Kenaikan harga minyak ini bukan sekadar angka di papan perdagangan.
Ini adalah kenaikan biaya produksi bagi hampir semua industri, kenaikan biaya transportasi, dan pada akhirnya, kenaikan harga barang dan jasa yang akan memukul daya beli masyarakat.
Inflasi yang sudah menjadi momok global akan diperparah, dan skenario stagflasi – inflasi tinggi diiringi pertumbuhan ekonomi yang melambat – akan menjadi kenyataan yang menakutkan, bahkan dengan potensi harga minyak menyentuh $100+ per barel, guncangan stagflasi menjadi ancaman nyata.
Dunia memang memiliki cadangan darurat, seperti yang diutarakan Badan Energi Internasional (IEA) dengan 1,2 miliar barel dalam cadangan strategisnya.
Namun, apakah ini cukup jika dunia menggunakan 100 juta barel minyak per hari?
Seperti seorang pelaut yang hanya memiliki persediaan air minum terbatas di tengah badai tak berkesudahan, cadangan ini hanya akan menunda kelangkaan, bukan menghentikannya secara fundamental.
Sekretaris Jenderal OPEC, Haitham al-Ghais, bahkan mengkritik pernyataan IEA, menganggapnya sebagai “alarm palsu” yang menumbuhkan ketakutan di pasar.
Ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar dan betapa tipisnya batas antara optimisme dan kepanikan yang dapat dengan mudah memicu gangguan suplai yang lebih parah jika konflik terus berlarut-larut.
Dampak badai ini tidak berhenti pada harga minyak.
Pasar Saham Akan Menjadi Second Waze Setelah Harga Minyak
Pasar saham global, yang merupakan cerminan kepercayaan investor terhadap masa depan, juga langsung menunjukkan reaksi.
Ketika ketegangan geopolitik meningkat, investor cenderung menarik diri dari aset-aset berisiko dan mencari perlindungan.
Pada Jumat, 13 Juni 2025, pasar dibuka dengan penurunan tajam dan terus berada di bawah tekanan. Dow Jones Industrial Average turun lebih dari 500 poin, atau sekitar 1,3 persen.
S&P 500 turun hampir 1 persen, sementara Nasdaq-100 anjlok sekitar 1,1 persen dengan saham teknologi besar seperti Nvidia dan Tesla memimpin penurunan.
Sebaliknya, saham-saham energi seperti ExxonMobil, Chevron, dan BP mengalami kenaikan bersamaan dengan harga minyak mentah, menunjukkan pergeseran fokus investor.
Perusahaan kontraktor pertahanan seperti Lockheed Martin dan Northrop Grumman juga melonjak di tengah meningkatnya ancaman perang, mencerminkan antisipasi akan peningkatan belanja militer.
Namun, sektor-sektor yang sangat sensitif terhadap stabilitas global, seperti perjalanan dan rekreasi, mengalami penurunan tajam.
Maskapai penerbangan seperti Delta dan United, serta perusahaan pelayaran seperti Carnival, turun 4–5 persen.
Ini adalah cerminan langsung dari ketakutan konsumen untuk bepergian dan potensi pembatasan mobilitas.
Saham teknologi, terutama saham-saham unggulan, mengalami penurunan karena investor menarik diri dari aset berisiko, mencari keamanan. Penjualan besar-besaran dimulai sejak pra-pasar dan terus meningkat seiring munculnya berita eskalasi militer.
Harga Emas Naik, Menunjukan Keamanan Ekonomi Kedepan Menipis
Di tengah volatilitas ini, emas naik sekitar 1,5 persen sebagai aset safe haven, sementara imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat berfluktuasi, menunjukkan ketidakpastian di pasar utang.
Indeks VIX, pengukur ketakutan Wall Street, melonjak lebih dari 13 persen, menandakan kekhawatiran yang mendalam di kalangan trader dan investor. Ini adalah reaksi yang wajar.
Ketika kapal diterjang badai, setiap penumpang akan mencari tempat yang paling aman, dan aset-aset inilah yang dianggap sebagai “sekoci” penyelamat.
Dampak Khusus Bagi Indonesia
Bagi Indonesia, sebagai bagian tak terpisahkan dari perekonomian global, badai ini datang pada saat yang tidak tepat.
Kita sedang berjuang untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang menantang.
Proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 sudah berada di level 4,7% dan diprediksi akan mencapai 4,5% dan sulit melampaui angka ini, bahkan cenderung menurun ke level 4.0%.
Angka ini, yang sejatinya sudah merupakan sebuah tantangan di tengah pemulihan pasca-pandemi dan tekanan inflasi global, kini terancam semakin tertekan oleh gejolak eksternal yang diakibatkan oleh konflik di Timur Tengah.
Bayangkan ekonomi Indonesia sebagai sebuah rumah tangga.
Pendapatan keluarga bergantung pada stabilitas pekerjaan dan harga-harga yang wajar di pasar.
Jika harga kebutuhan pokok melambung karena kenaikan harga minyak, daya beli keluarga akan terkikis, inflasi domestik akan melonjak, dan beban hidup masyarakat akan meningkat secara signifikan.
Jika investasi asing langsung (FDI) yang menjadi motor penggerak pertumbuhan tersendat karena ketidakpastian global yang meningkat dan investor memilih menunda ekspansi, maka lapangan kerja yang bisa tercipta akan berkurang.
Pendapatan negara dari ekspor komoditas, yang sempat menjadi penyelamat di masa krisis sebelumnya, juga akan terpengaruh jika permintaan global menurun atau rantai pasok terganggu akibat biaya logistik yang melonjak dan disrupsi pengiriman.
Sektor pariwisata Indonesia, yang mulai bangkit pasca-pandemi dan sangat bergantung pada mobilitas internasional, akan terpukul keras jika masyarakat global menunda perjalanan akibat ketidakpastian dan kenaikan biaya.
Demikian pula dengan sektor manufaktur yang bergantung pada impor bahan baku dan ekspor produk jadi; peningkatan biaya bahan baku dan kesulitan pengiriman dapat menghambat produksi dan daya saing.
Bagaimana Tim Ekonomi Bertindak?
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Kembali ke analogi kapal, ketika badai menerjang, nakhoda harus memprioritaskan keselamatan dan merancang strategi mitigasi yang efektif.
Pertama, memperkuat fondasi internal.
Ini berarti memastikan stabilitas harga di dalam negeri dengan kebijakan moneter dan fiskal yang pruden, menjaga daya beli masyarakat melalui program bantuan sosial yang tepat sasaran atau penyesuaian upah yang seimbang, dan menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan memangkas birokrasi serta memberikan insentif yang menarik.
Pemerintah harus memiliki skenario darurat yang komprehensif untuk mengatasi lonjakan harga minyak dan komoditas lainnya, mungkin dengan subsidi yang terarah atau kebijakan fiskal yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi pasar.
Jika ketergantungan pada satu sumber energi atau satu rantai pasok terlalu tinggi, maka risiko akan semakin besar.
Kita perlu terus mencari alternatif energi terbarukan, memperkuat rantai pasok domestik untuk mengurangi ketergantungan impor, dan mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang lebih resilient terhadap gejolak eksternal, seperti ekonomi digital atau industri pengolahan dengan nilai tambah tinggi.
Inisiatif hilirisasi perlu dipercepat untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
Ketiga, koordinasi internasional.
Sama seperti kapal-kapal di tengah badai yang saling berkomunikasi untuk berbagi informasi dan strategi, negara-negara di dunia harus berkoordinasi untuk meredam dampak konflik dan menjaga stabilitas ekonomi global.
Ini termasuk upaya diplomatik yang kuat untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah, serta kerja sama dalam pengelolaan cadangan energi dan menjaga stabilitas pasar keuangan global melalui forum-forum internasional.
Indonesia harus berperan aktif dalam upaya-upaya ini, mengingat posisinya yang strategis di kancah global.
Keempat, mempersiapkan mental dan psikologis masyarakat.
Ketidakpastian menciptakan kecemasan. Komunikasi yang transparan dari pemerintah dan para ahli, seperti seorang nakhoda yang menenangkan penumpangnya dengan informasi yang jelas dan langkah-langkah konkret, akan sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik dan mencegah kepanikan yang tidak perlu di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Edukasi publik mengenai dampak konflik dan langkah-langkah yang diambil pemerintah dapat membantu menenangkan situasi.
Proyeksi ekonomi Indonesia yang diprediksi menurut kami bisa menurun hingga 4,0% di tahun 2025 dan berpotensi terus menurun bukanlah takdir yang tidak bisa diubah.
Ini adalah peringatan keras.
Konflik Israel-Iran adalah amplifikasi dari ketidakpastian global yang sudah ada, sebuah badai yang menguji ketahanan kita.
Kita tidak bisa menghentikan badai, tetapi kita bisa mempersiapkan kapal kita agar lebih kokoh, mengencangkan sabuk pengaman, dan merancang strategi pelayaran yang lebih adaptif.
Fokus kita bukan pada data teknis yang rumit, melainkan pada pesan inti: kita harus siap menghadapi gelombang badai ini dengan kebijakan yang cerdas dan kolaborasi yang kuat, baik di tingkat nasional maupun internasional, demi menjaga stabilitas dan kesejahteraan ekonomi kita.
Jika tidak, bukan hanya kapal yang oleng, tetapi seluruh masa depan kita yang terancam karam.***
Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta
KUNINGAN (MASS) – Sekitar seribu orang memadati area Car Free Day (CFD) Kuningan, untuk mengikuti aksi solidaritas bela Palestina bertajuk Gaza Tidak Sendirian. Kegiatan...
KUNINGAN (MASS) – Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam, Kuningan, menggelar apel pembukaan kegiatan belajar mengajar (KBM) semester genap usai libur Ramadan dan Idulfitri 1446 H....
KUNINGAN (MASS) – Konser Amal Palestina dalam rangkaian Ajang Remaja Berprestasi (ARESTA) 20 berlangsung dengan penuh semangat dan kepedulian. Acara ini menghadirkan aktivis kemanusiaan...
KUNINGAN (MASS) – Konflik global yang terus memanas kian menunjukkan bagaimana retorika para pemimpin dunia membentuk arah sejarah, baik melalui ancaman langsung maupun permainan...
KUNINGAN (MASS) – Sebagaimana Dajjal, Imam Mahdi juga tidak disebutkan namanya secara langsung dalam Al-Qur’an, namun disebutkan dalam banyak Hadits. Hadits tentang Imam Mahdi...
KUNINGAN (MASS) – Kisah tentang Bani Israil yang dikutuk menjadi kera disebutkan dalam beberapa Ayat, seperti dalam Surah Al-Baqarah (2: 65), Surah Al-A’raf (7:...
KUNINGAN (MASS) – Palestina/Yerusalem/Baitul Maqdis memiliki sejarah panjang yang berakar pada teologi dari tiga Agama Langit/Abrahamik/Samawi, yaitu: Yahudi, Kristen dan Islam. Masalah Palestina bukan...
KUNINGAN (MASS) – Sebagian besar sejarah, khususnya sejak zaman Nabi Muhammad SAW, tidak bisa difahami tanpa Eskatologi. Kita tidak bisa menembus realitas dunia saat...
KUNINGAN (MASS) – 3 Agustus 2024 – Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam dan Majelis Pesantren dan Ma’had Dakwah Indonesia (MAPADI) mengelar aksi solidaritas bela Palestina...
KUNINGAN (MASS) – Setelah 9 bulan serangan brutal Israel terhadap Palestina, dan tidak adanya solusi atas peristiwa Genosida ini. Warga Palestina telah berada pada...
KUNINGAN (MASS) – Pondok Pesantren Terpadu Al-Multazam kembali mengelar Aksi Solidaritas Pesantren untuk Palestina, Jumat (7/6/2024). Kegiatan yang diikuti oleh santri SMAIT dan SMPIT...
KUNINGAN (MASS) – Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Kuningan menggelar aksi solidaritas kemanusiaan dan doa bersama untuk Palestina di halaman Masjid Syiarul Islam,...
KUNINGAN (MASS) – Seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia yang berjumlah 172, menggelar Seruan Aksi Bela Palestina dan Kutuk Israel, Selasa (7/5/2024) kemarin....
KUNINGAN (MASS) – Munculnya kesadaran global dan solidaritas terhadap isu-isu hak asasi manusia dan keadilan sosial semakin meningkat di kalangan anak muda. Itu alasan...
KUNINGAN (MASS) – Seperti yang kalian ketahui Palestina merupakan negara yang berada di Asia Barat, antara Laut Tengah dan Sungai Yordan. Status politik negara...
KUNINGAN (MASS) – Tindakan biadab dan keji pada masa aksi bela Palestina di Kota Bitung, Sulawesi Utara oleh oknum Ormas pada Sabtu (25/11/2023) sore....
KUNINGAN (MASS) – Sekitar Rp 66 juta terkumpul dalam aksi solidaritas kemanusiaan untuk Palestina yang kembali digelar pada Minggu (26/11/2023) kemarin di halaman Masjid...
KUNINGAN (MASS) – Hampir satu bulan ini Baznas Kuningan telah menerima titipan donasi dari segenap warga masyarakat Kuningan, baik perorangan maupun kolektif. Donasi untuk...
KUNINGAN (MASS) – Pada Jumat (10/11/2023) kemarin, ratusan bahkan ribuan santri beserta para pengajar Al Multazam rela membakar wajah-wajah mereka dengan teriknya sang mentari...
KUNINGAN (MASS) – Ribuan massa Sesaki Alun-alun Kuningan sekitar Masjid Agung Syiarul Islam, Minggu (5/11/2023) pagi tadi untuk aksi kemanusiaan. Aksi bertajuk “Doa Bersama...
KUNINGAN (MASS) – Kepedulian terhadap tragedi kemanusiaan di Palestina, memantik simpati banyak pihak. Hal itu jugalah yang diperlihatkan siswa-siswi kelas 4 SDN 3 Haurkuning...
KUNINGAN (MASS) – Pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina terus memakan korban jiwa. Fasilitas umum warga sipil seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah...
KUNINGAN (MASS) – Perang antara Zionis Israel dan Palestina merupakan salah satu konflik terpanjang yang masih berlangsung di dunia. Konflik yang tak kunjung berkesudahan...
KUNINGAN (MASS) – Palestina berduka sudah sejak lama, mereka terus merasakan penderitaan sebagai negeri yang ingin dihancurkan oleh zionis Israel. Mengakhiri penderitaan mereka tidak...
KUNINGAN (MASS) – Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan menggelar aksi solidaritas sebagai bentuk dukungan terhadap rakyat Palestina yang saat ini mengalami konflik yang berlarut-larut....