JEPANG (MASS) – Moment bulan puasa tentu menjadi moment yang dirindukan. Selain karena hanya datang selama sebulan dalam setahun, banyak juga kebiasaan yang hanya bisa ditemui pada bulan ramadhan. Kebiasaan di setiap daerah, termasuk Kuningan.
Hal itulah yang juga dirinduka oleh perantau asal Kuningan yang mungkin tidak bisa pulang tahun ini.
Salah satunya adalah Gina Sonia. Perempuan asal Desa Bojong Cilimus ini, kini menetap dan bekerja di negeri Sakura, Jepang.
Bekerja sebagai perawat lansia, Gina pada kuninganmass.com bercerita bahwa di Tokushima, Jepang tidak bisa lagi merasakan suasana yang sama dengan di kota kelahirannya, Kuningan.
Kebiasaan demi kebiasaan yang dianggap lumrah di negaranya ini, tidak bisa ditemukan di Jepang.
“Disana, Ramadhan ya tetep normal aktivitasnya ya, seperti bulan biasa, ujarnya.
Disini juga, lanjut dia, buka dan sahur itu bener-bener menyiapin sendiri, karena tidak ada yang jualan takjil.
“Belum lagi sahur, kita bener-bener ngandelin alarm, disini gak ada yang bangunin (koprek, red),” sebutnya saat diwawancarai dalam siaran live Instagram @kuninganmass pada Kamis (24/4/2021) malam.
Hal lain yang pernah dirasakannya selama 5 tahun di jepang adalah waktu puasa yang berbeda.
Pada musim panas misalnya, disana harus berpuasa lebih lama dari biasanya.
Tapi, dirinya mengaku sebenarnya cukup betah juga disana.
“Sebenernya rencana tahun ini pengen pulang, tapi ya karena masih pandemi, kita gak dapet ijin pulang juga dari perusahaan, jadi ya ditunda dulu,” tuturnya lagi.
Dirinya mengaku, banyak hal yang membuatnya kangen dari Kuningan, mulai dari tempat wisata alamnya, makanannya, dan orang-orangnya yang ramah.
Maklum, di tempatnya saat ini, kota yang maju cenderung memiliki interaksi sosial yang seperlunya saja.
“Dulu, kita berangkat karena ada program pemerintah, program G to G. awalnya sampe 13 orang, dikontrak 3 tahun, tapi karena betah saya lanjut. Sekarang tinggal 5 orang,” sebut perempuan lulusan STIKES Cirebon tersebut.
Pada kuninganmass, dirinya bercerita banyak hal. Gina, terbuka bercerita banyak hal meski waktu sudah cukup malam disana.
Karena memang ada perbedaan waktu di tempatnya dengan Kuningan yang masuk zona Indonesia Barat. Ada perbedaan hingga 2 jam, lebih cepat disana.
Adapun, sesi ngobrol bersama perantau ini memang pprogram Kuningan Mass di akun Instagramnya.
Program ini, menceritakan bagaimana para perantau asal Kuningan yang harus tertahan di luar kota, harus terpisah dari kapung halamannya.(eki)