KUNINGAN (MASS) – Tulisan kali akan membahas salah stau studio foto yang cukup populer di Kuningan, Aini Foto Studio.
Meski saat ini Aini sangat dikenal, ternyata perjalanan memperkenalkan brandnya tidak mudah dan cukup panjang.
Perlu diketahui, Aini baik foto studio maupun salon saat ini, sudah merupakan generasi selanjutnya. Anak-anak dari para pendiri Aini inilah, yang saat ini mengelola brandnya.
Seperti Lukman Hakim, owner sekaligus pengelola Aini Foto Studio yang berada di Kuningan.
Awalnya, mungkin kita tahu studionya berada di sekitar kota, kini, ada juga di Janl Ahmad Yani terusan Cigugur.
“Aini itu nama ibu, Nunung Nuraini. Jadi bapak buat usaha di Cilimus, semacam fotokopi dan cetak foto pake nama ibu, Aini. Tapi ibu juga buka salon pake nama Aini,” ceritanya mengawali beberapa waktu lalu.
Setelah terus bertahan, Aini mulai bertransformasi dan konsen di studio foto. Sekitar tahun 2005an, berdirilah Aini di Kuningan.
“Nama Aini juga memang banyak di kota-kota besar. Tapi, Aini yang masuk gruf kita ini sebenernya ada tiga, ada yang di Kuningan, ada yang di Cilimus dan ada yang di Kalitanjung Cirebon,” sebutnya.
Ayah dari satu anak itu bercerita, awalnya Aini belumlah sepopuler sekarang.
Dirinya juga mengalami hal yang dianggapnya buruk, tapi juga memotivasi saat brandnya tidak dilirik orang.
“Jadi ada kejadian. Waktu itu orang abis dari salon mau difoto, dia pegang telpon di depan kita (tempat Aini, red). Tapi masih nanya tempat studio foto dan malah ke sebelah kita (saat itu di sampingnya ada studio foto yang populer di masanya, red),” tuturnya lagi.
Dirinya menambahkan, kejadian itulah yang membuatnya termotivasi untuk melakukan strategi.
Saat itu, dirinya sadar, brandnya belum masuk ke kepala calon konsumen.
Setelah waktu dan perjalanan yang cukup panjang, Lukman terus menjaga pelayanan, selain itu dirinya juga mengaku sangat terbantu oleh pemasaran digital.
Dan boleh dibilang, saat ini cukup berhasil strategi pemasaran digital itu cukup berhasil.
Aini dikenal luas, dan sadar tidak sadar masuk ke pikiran orang lain.
“Studio fotonya kan gak bisa online, tapi masarinnya bisa. Kita juga jualan foto figura, dan hiasan dindingnya online. Bahkan kita juga seller prioritas (di salah satu marketplace, red) dengan pernah 200-300 paket transaksi sehari,” terangnya.
Dirinya menjelaskan, transaski itu sangat besar dan terjadi sebelum pandemi. Meski pandemi omsetnya cukup terjun, Lukman mengaku bisnisnya masih bisa bertahan tanpa pengurangan pegawai.
“Kita juga ada agen. Di Kuningan sekitar 250-300 agen terdaftar di kita. Jadi mereka yang moto, ngedit lalu cetaknya di kita,” sebutnya menjelaskan tempatnya terbuka kerjasama.
Selain kerjasama langsung, di penjualan online pun dilakukan hal yang sama. Ada pasukan reseller yang sama-sama diuntungkan.
Pihaknya diuntungkan secara pasar, reseller dan agen pun diuntungkan karena tak perlu produksi sendiri dengan modal besar. (eki)