Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Business

Pangkas Rambut Prapatan, Perintis Tempat Cukur di 3 Kecamatan yang Tetap Bertahan di Masa Pandemi

SUBANG (MASS) – Mungkin saat ini pangkas rambut cukup banyak di Kecamatan Subang, dan Selajambe. Tapi, kebanyak pria baik anak sampai dewasa, pasti mengenal pangkas ramgut prapatan.

Memang sangat lumrah. Pangkas rambut prapatan yang berada di persimpangan Dusun Paleben-Doyong, Desa Subang Kecamatan Subang ini, bisa dibilang pelopor di dunia usaha pangkas rambut.

Terbukti, sudah 13 tahun lamanya, pangkas rambut ini menemani stylebdan model para pria, hampir di tiga Kecamatan di Kuningan bagian selatan. Kecamatan Subang, Cilebak dan Selajambe.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Pemiliknya adalah Syarif Hidayatullah, lelaki paruh baya yang selalu ramah dan murah senyum pada para pelanggannya itu, dikenal karena pelayananya yang memanjakan pelanggan dan selalu bisa diandalkan menyesuaikan style yang sedang trend pada setiap zamanya.

“Awalnamah di kota, kerja 4 tahunan di pangkas. Terus ada keinginan buat buka di kampung,” ujarnya saat ditemui kuninganmass.com Rabu (3/6/2020) sore.

Saat ditemui, Syarif sedang melayani pelanggannya. Dirinya terus memperhatikan detail setiap potingan untuk pelanggan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Alhasil, karena dianggap selalu sesuai ekpektasi pelanggan, banyak orang rela mengantri, bahkan berjam-jam lamanya untuk pangkas rambut.

Nama pangkas rambut prapatan pun, memang julukan pelanggan karena letaknya di prapatan. Sudah lebih dari satu dekade, sejak berdiri di tahun 2007.

Kala itu, pangkas rambut belum sebanyak saat ini. Pangkas rambut, pada masa lalu lebih sering dikerjakan teman sendiri, atau di rumah-rumah sendiri.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Syarif berbeda, dia memulainya dengan menyewa sebuah ruko untuk pangkas rambut. Karena itulah, pangkas rambut prapatan dikenal karena mempelopori di 3 Kecamatan.

Untuk paglngkas rambut dengan segala ‘service’nya, Syarif hanya mematok harga mulai dari 8 ribu sampe 10 ribuan saja. Dulu, semua dikerjakannya sendiri, sebelum akhirnya beberapa waktu ini, dirinya merekrut pegawai muda, namanya Muhammad, masih satu desa dengannya.

“Dulu mah sehari ada 30 an pelanggan. Sekarang karena ada wabah, lumayan turun,” ujarnya tanpa mengeluh.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Meski sedang kondisi seperti ini, semangatnya tak surut. Bahkan, Syarif menyebut ingin kembali membuka lapangan dengan membuka cabang baru.

“Hoyong namah ngarekrut tenaga kerja baru. Buka cabang baru,” harapnya dengan bahasa Sunda. (eki)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like

Advertisement