KUNINGAN (MASS) – Salah satu filsup kenamaan, Rocky Gerung, baru saja hadir dan mengisi Talkshow Pendidikan di Cirebon pada Kamis (15/9/2022) siang ini. Seminar National Education Talkshow bertajuk “Education More Than A Perspective” itu, digelar oleh BEM KM FPS Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon. Kegiatan tidak dilakukan di kampus, namun di Makaya Coffe x Barisa, Talun – Sumber.
Selain Rocky Gerung, hadir dalam kesempatan tersebut sebagai narasumber, Budayawan Cirebon drh H Bambang Irianto. Hadir juga anggota DPRD Kabupaten Cirebon Siska Karina SH MH.
Dalam acara itu, anggota DPRD Siska Karina, memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan. Siska Karina, nampak memperlihatkan antusiasnya bertemu para narasumber.
Dalam sambutannya sebelum membuka kegiatan secara resmi, Siska juga sempat menggambarkan IPM Kabupaten Cirebon yang terbilang sangat kurang.
“IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Kabupaten Cirebon, RLS (rata-rata lama sekolah) nya cuman 7,2 tahun, artinya sampai kelas 1 SMP saja,” ujarnya sembari mengatakan, masih banyak yang buta hurup.
Sementara, dalam pemaparan materi, Budayawan Cirebon drh H Bambang Irianto banyak membahas perihal sejarah-sejarah dan falsafah lokal. Termasuk, dalam pendidikan.
Bambang, membawa topeng-topeng yang biasa dibawakan dalam tari topeng, yang menggambarkan tumbuh kembang manusia. Mulai dari anak-anak sampai kelana, memiliki kebebasan.
Adapun Rocky Gerung, banyak memberikan pandangan kritisnya yang lebih kekinian. Rocky, memaparkan banyak hal yang memantik diskusi para peserta. Nampak, para peserta antusias dan banyak memberikan apresiasi terkait pernyataan-pernyataan narasumber.
Pasca kegiatan, Gubernur BEM M Hanif Firdaus menjelaskan bahwa semua kegiatan ini sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 2 bulan lalu.
“Ini salah satu bentuk kepedulian kami terhadap pendidikan. Kami, ingin membawa keresahan, dimana awal-awal kita selalu menyepakati bahwa pendidikan (tujuannya) memerdekakan rakyat dan peserta didik. Tapi saat ini, saya rasa bahwa peserta didik dan para pendidik belum di titik merdeka (Meskipun kurrikulumnya merdeka belajar),” ujar Hanif.
Keresahan yang ingin bawanya, lanjut Hanif, adalah soal Cirebon yang menduduki peringkat ke 26/27 dari 28 kota/kabupaten perihal IPM nya. Dan itu, menjadi keresahan pihaknya di awal.
“Sehingga kalo kita liat di pinggiran Cirebon itu, masih banyak orang buta hurup. Dan kalo di beberapa wilayah, cukup anak bisa baca dan hitung sudah tidak sekolah lagi. Nah itu yang kita perhatikan,” imbuhnya.
Hanif menerangkan, awalnya kegiatan direncanakan mengundang 3 narasumber dengan Kadisdik Jawa Barat untuk mengetahui perspective lain. Kegiatan, awalnya direncanakan di kampus.
“Namun dalam tahap perjalanan, ada beberapa kelompok di lembaga yang mengintervensi dan menyulitkan kegiatan di dalam kampus. Tapi sejauh ini, kami mengatakan bahagia dan sangat senang, lebih bebas, dan pencapaian-pencapaian mencerdaskan forum-nya tercapai,” ungkapnya.
Hanif mengaku, harus pindahnya kegiatan itu sangat disayangkan. Kampus, seharusnya jadi tempat mimbar bebas dialektika dan mimbar intelektual. Meski begitu, dengan keterbatasan tempat dan audience yang tetap banyak, tapi membawa semangat yang sama.
“Sangat dapet triggernya (setelah diskusi dengan para narasumber), menjadi bahan acuan untuk pendiidkan kedepan. (Apalagi) Ciayumajakuning ini kan termasuk daerah (bukan metropolutan), sehingga masih banyak yang tertinggal (dalam pendidikan),” tuturnya. (eki)