KUNINGAN (MASS) – Satu ungkapan menohok dilontarkan KH Muhammad Ridwan, seorang kyai dari Ponpes Riyadhul Huda Winduhaji. Ia mengungkapkan, kerap orang berbicara agama namun ternyata lupa terhadap pribadi Rasul.
Ungkapan tersebut disampaikan saat mengisi tausiyah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus peringatan Hari Santri Nasional yang diselenggarakan DPD PKS Kuningan, Jumat (22/10/2021).
“Hikmah Maulid ini, kita mengingatkan sepenuhnya pada pribadi Rasul. Karena kadang kita berbicara agama tapi lupa terhadap pribadi Rasul. Kalau kita membaca sejarah, kata Rasul, sesungguhnya perumpamaan seorang beriman itu seperti lebah,” ucapnya.
Ridwan melanjutkan, lebah tidak hinggap di kotoran. Tidak pernah pula mengeluarkan apapun kecuali yang baik yaitu madu yang akan menjadi obat.
“Lebah juga selalu memakan yang baik. Lebah tidak pernah menggigit siapapun kecuali ketika diganggu,” imbuhnya.
Acara itu sendiri dilangsungkan di Sabilulungan Building DPD PKS Kuningan. “Kota Kuningan kota nan asri, Sudah pilihan menjadi santri, Bangun pagi sehatkan hati, Janji setia majukan negeri” inilah bunyi pantun yang menjadi juara dalam acara tersebut.
Hadir Ketua DPD, H Dwi Basyuni Natsir Lc, Ketua MPD H Agus Budiman SPt, Ketua DED KH Amam Badruttamam Lc. Hadir pula para anggota dewan dari PKS seperti Hj Kokom Komariyah, H Jajang Jana SThI, dan Etik Widiati. Serta diikuti secara online melalui zoom meting dan chanel Youtube PKSTV Kuningan oleh anggota PKS Kuningan dan masyarakat.
Ketua Panitia, Juheni SAg MPd mengatakan, kegiatan ini rutin diadakan tiap tahun sebagai inspirasi bagi para kadernya untuk mencontoh suri tauladan nabi dalam menjalankan aktivitas baik sebagai seorang muslim atau sebagai kader partai.
“Selaras dengan jargon PKS, partai ini adalah partai dakwah. Selanjutnya sebagai bentuk perhatian dan keseriusan PKS dalam memperingati maulid nabi ini, kita mengambil tema ‘Dengan spirit Maulid mari kita hadirkan rasul dalam setiap aspek kehidupan’,” ucap kabid Pembangunan Keumatan dan Dakwah tersebut.
Setelah membacakan dengan merdu beberapa ayat Al Qur’an, H Jajang memimpin Hadharah mengajak hadirin untuk berdiri membaca Shalawat.
“Mari kita berdiri membacakan shalawat atas baginda Nabi Muhammad SAW. Shollu ala Nabi, sholallahu alaihi, Allah Ya Nabi Salam Alaika, ya Rasul Salam Alaika, Ya Habib Salam Alaika, Sholawatullah alaika, mari sama-sama!,” ajak anggota dewan asal Cilebak tersebut.
Suasana haru mengalir merasuki jiwa saat membaca shalawat untuk baginda Rasulullah SAW tercinta, hingga tak terasa beberapa hadirin matanya berkaca-kaca.
Dalam sambutannya, Ketua DPD PKS Kuningan, H Dwi Basyuni berujar, menjadi karunia yang luar biasa sekali ketika menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
“Maka sangat layak dan patut, kita selalu ingat, memperingati dan menjunjunng tinggi sunah-sunah Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah luar biasa sayangnya kepada kita, lalu apa timbal balik yang sudah kita upayakan sebagai bentuk sayang pula kita, dan juga terima kasih kita kepada Rasulullah SAW,” tandasnya.
Surat At Taubah ayat 128 yang sebelumnya dibacakan oleh Qori, imbuh Dwi Basyuni, Rasulullah tidak ingin ada hal-hal yang buruk atau yang menyengsarakan umatnya. Sampai rasulullah pun menjelang ajalnya yang disebut-sebut bukan yang lain, tapi umati umati.
“Ketika yang dibenak beliau, perhatian terbesar beliau adalah umatnya, dan nanti dihari akhir juga begitu, maka kita sangat berharap dengan maulid ini mengingatkan kembali kita, agar lebih sayang, lebih besar cinta kita kepada Rasulullah SAW dan lebih semangat mengikuti sunah-sunahnya,” seru dia.
Setelah sambutan Dwi Basyuni, baru memasuki tausiyah yang dibawakan KH Muhammad Ridwan. Bahkan sesudahnya, ada testimoni dari santri dan alumni santri berkaitan dengan eksistensi santri.
Kemudian ada testimoni seorang santri, Muhammad Yusril dari Pesantren Maoshulul Huda, menurutnya
“Santri itu adalah siapa saja yang memiliki akhlak santri, tidak harus mondok, tidak harus dikobong, tetapi siapa saja yang memiliki akhlak santri, maka itu adalah santri,” bunyi testimoni Muhammad Yusril dari Ponpes Maoshulul Huda.
Sedangkan testimoni dari alumni santri, disampaikan KH Amam Badruttamam yang nyantri sejak 1976.
“Sungguh sangat nista kalau ada orang yang ingin membubarkan pesantren, tidak tahu terima kasih, hadirnya hari santri berawal dari resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari yang diminta fatwa oleh Bung Karno tentang menjaga NKRI. Maka KH Hasyim Asy’ari memberikan fatwa bahwa membela negara hukumnya wajib, membela negara adalah ibadah dan orang yang mendukung penjajah adalah pengkhianat,” tegasnya.
Amam menutupnya dengan doa. “Mudah-mudahan dengan memperingati Maulid Nabi dan Hari Santri kita dapat mendapat syafaat dan mencontoh Rasulullah SAW dalam segala aktivitas, baik sebagai kepala keluarga, anggota masyarakat ataupun pemimpin bangsa,” doanya. (deden)