KUNINGAN (MASS) – Sejak tanggal 21 Juni 2021 pasca Presiden Jokowi gagal ke Kuningan, bendungan mulai diairi.
Namun karena musim kemarau debit air sungai Cikaro sedikit sehingga genangan air di bendungan atau waduk tidak langsung penuh.
“Kondisi terbaru seperti ini,” ujar Kadis PUTR HM Ridwan Setiawan MSi sambil mengirim foto kondisi bendungan yang terlihat debitnya masih sedikit.
Terpisah, Camat Cibeureum Nana Kusmana Ssos membenarkan kondisi bendungan yang belum terisi banyak air. Hal ini karena tidak ada sumber mata air selain dari sungai Cikaro.
“Mata airnya hanya satu sehingga seperti itu kondisinya belum penuh. Apalagi saat ini musim kemarau,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti ini tentu disayangkan karena pembangunan menelan biaya besar. Harus dicari langkah tepat agar sumber mata air waduk tidak satu.
Pada tahun 2020, Kadis PUTR Ridwan menerangkan, awalnya untuk sumber air waduk bersumber dari Sungai Cikaro.
Namun, setelah diamati sumbernya kurang karena sungai Cikaro merupakan anak sungai Cisanggarung.
“Memang hasil perhitungan debitnya kurang dari Cikaro. Makanya, oleh pihak kementrian tengah dicari solusi terbaik,” ujar Kepala Dinas PUTR Kuningan Drs H Ridwan Setiawan MSi, Kamis (24/10/2020) kala itu.
Ridwan menerangkan, langkah terbaik adalah membuat sodetan dari Cisanggarung. Pasalnya, Waduk Kuningan berbeda dengan Waduk Darma.
“Waduk Darma itu banyak mata airnya, ini tidak ada, hanya mengandalkan aliran sungai Cikaro,” jelasnya.
Sekadar informasi Waduk Kuningan memiliki luas 284,45 ha. Dibangun antara lain dengan tujuan bermanfaat untuk irigasi sebanyak 3.000 Ha, masing-masing D.I Cileuweung=1.000 Ha (Kuningan) dan D.I Jangkelok=2.000 Ha (Brebes).
Kemudian, pengendalian banjir dengan reduksi banjir 429,24 m3/s (67,83%), pengairan air baku 300 l/det, PLTA 500 kW.
Sementara lokasinya di Sungai Cikaro Desa Randusari, Kecamatan Cibeureum. Adapun total volume tampungan sekitar 25,955 juta m3. (agus)