KUNINGAN (MASS) – Pertanyaan ini sepertinya akan sangat mudah dijawab mengingat Waduk Darma akan dijadikan Destinasi Wisata Internasional (katanya). Tentu akan tergambar seperti apa kelak Waduk Darma yang selama ini menjadi salah satu ikon masyarakat Kuningan dan Khususnya warga masyarakat Kecamatan Darma dengan keindahan alamnya yang elok yang merupakan anugrah dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Mungkin besok setelah menjadi wisata internasional akan banyak wisatawan yang datang berkunjung baik domestik maupun turis untuk menikmati keindahan alam dan fasilitas yang kelak akan ada di Waduk Darma (katanya).
Sepintas melihat narasi yang sangat sederhana di atas, tentu akan membuat kita berpikir bahwa kehidupan di lingkungan Waduk Darma akan berubah terutama masyarakat sekitar. Mungkin di sana akan terjadi berbagai pertumbuhan yang akan berkembang pesat, dari mulai pertumbuhan ekonomi masyarakat dan lain sebagainya. Namun saya sebagai masyarakat asli yang hidup di sekitar Waduk Darma justru memiliki sudut pandang yang lain terhadap kondisi ini. Dengan fakta yang sekarang saya saksikan dan rasakan, justru semua gambaran di atas saya memandang akan berbanding terbalik dengan kenyataan sesungguhnya. Kenapa demikian? mari kita mulai dengan argumentasi sederhana.
Pembangunan mega proyek yang dicanangkan pemerintah untuk menjadikan objek wisata Waduk Darma sebagai tempat wisata berkelas internasional ini menurut saya sudah “gagal“ di awal. Kenapa demikian? Sosialisasi tahap awal yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk menjelaskan tentang rencana tersebut tidak dilakukan secara serius dan tidak maksimal. Ini mendeskripsikan bahwa pemerintah tidak menghitung atau mempertimbangkan beberapa hal yang sifatnya krusial bagi tatanan kehidupan bermasyarakat, mengingat yang direncanakan ini akan langsung bersentuhan dengan warga masyarakat yang ada di sekitar Destinasi Waduk Darma tersebut, semisal tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sekitar Waduk Darma khususnya yang mengetahui sejarah serta berbagai kearifan lokal yang sudah menjadi tradisi di lingkungan sekitar.
Tidak tahu apa yang sedang dan akan dilakukan pemerintah sebagai pemangku kebijakan terhadap lingkungannya, bukankah ini agak rancu ?. lalu bentuk kemajuan, perkembangan, pertumbuhan seperti apa yang akan dihaturkan oleh pemerintah untuk warga yang ada di sekitar Waduk Darma khususnya ? yang akan terkena dampak langsung dari program pemerintah tersebut.
Pemangku kebijkan tidak akan merasakan apa yang dirasakan warga sekitar setelah destinasi Waduk Darma ini selesai dikembangkan. Kalau hanya dampak positif yang akan dirasakan mungkin ini tidak akan jadi masalah bahkan menjadi harapan seluruh warga, tapi jika sebalikya, ketika dampak yang muncul adalah dampak negatif, siapa yang akan bertanggungjawab?
Sebelum saya menggambarkan dampak negatif izinkan saya mempertebal keterangan bahwa pemerintah sudah “gagal” dalam langkah awal pengembangan wisata Waduk Darma ini karena tidak adanya sosialisasi yang maksimal khususnya terhadap warga masyarakat kecamatan Darma yang berada disekitar Waduk Darma. Jangan sampai hal ini terjadi seperti Waduk Cileuweung yang hingga saat ini masyarakat sekitar belum mendapat kepastian atas nasibnya karena program pemerintah yang niatnya ingin memajukan dan mensejahterakan masyarakat namun pada faktanya malah terbalik.
Jika penjelasan lewat sosialisasi ini tidak dilakukan dengan maksimal, bagaimana kalau saya sebagai warga masyarakat asli yang ada di sekitar Destinasi Waduk Darma berpikir lain tentang program pemerintah ini yaitu menggambarkan bahwa kedepan setelah program ini selesai dilaksanakan kami sebagai warga hanya akan mendapatkan dampak negatif seperti pergeseran kebudayaan yang berdampak pada degradasi moral yang akan menimpa pada generasi penerus yang ada disekitar pengembangan Destinasi Wisata Waduk Darma.
Bagaimana kalau pertumbuhan ekonomi kami justru semakin terpuruk karena kami hanya menjadi penonton saja dalam pertumbuhan ekonomi tersebut karena ekonomi kapitalis sedang menjadi trending saat ini?
Bagaimana kalau usaha kami yang sudah ada di sekitar Waduk Darma ini ikut tergerus dan akhirnya gulung tikar karena tidak ada solusi dan kalah bersaing?
Bagaimana kalau kedepan anak cucu kami lebih memilih nongkrong di Waduk Darma daripada mengaji di pesantren pesantren yang selama ini sudah menjadi ikon Kecamatan Darma sebagai daerah santri ?
Bagaimana kalau, bagaimana kalau ?
masih banyak pertanyaan dan kekhawatiran dalam benak saya.
Sehingga dengan penuh rasa hormat saya meminta kepada pemerintah untuk menghentikan sementara program ini sebelum semuanya jelas dan terang benderang terutama kepada warga masyarakat Kecamatan Darma yang berada di sekitar Waduk Darma.
Jika tulisan ini tidak diindahkan, maka tidak menutup kemungkinan kami akan menempuh jalur hukum baik hukum positif yang berlaku di negara kita, maupun hukum adat yang berlaku pada masyarakat Darma khususnya.
Saya Dadan Somantri Indra Santana, SH., siap untuk mengadvokasi persoalan ini pada pemangku kebijakan atas keresahan warga masyarakat saat ini.***
NB. Tulisan ini masih bersifat global mengingat banyaknya persoalan yang muncul terkait program pemerintah ini.