KUNINGAN (MASS) – Jamparing Research, lembaga survey dan penelitian asal Kuningan baru-baru ini menggelar diskusi serius bertajuk “Kuningan dalam Angka“, di Sekertariatnya yang berlokasi di Jalan Kasturi Gerba no 06 Kuningan.
Diskusi itu melibatkan para akademisi mulai dari penliti, hingga dosen kampus. Diskusi tersebut jadi ajan membedah klndisi riil Kabupaten Kuningan berdasar pada acuan resmi yang ada, buku resmi keluarag BPS: Kuningan dalam Angka, yang memang terbit secara periodik.
Nampak hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Rurasa Edukasi Endun Abdul Haq, direktur Jamparing Topic Offirstson dan dosen senior dari Kampus Muhammadiyah Dr. Dodi.
Di awal diskusi, Ketua Rurasa Edukasi, Endun membuka dengan optimisme. Ia menyoroti pentingnya membangun strategi pembangunan yang fokus pada tiga sektor kunci: pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat.
“Jika arah pembangunan jelas dan berbasis data, maka angka-angka seperti IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) akan ikut naik secara alami,” kata Endun, memantik diskusi.
Meski dibuka secara optimis, diskusi tentang data juga mengkritik pada apa yang disuguhkan saat ini. Direktur Jamparing Topic Offirstson bilang, data itu ada, tapi tak lengkap, dan seringkali tak berguna.
“Coba cari data IKM tiap SKPD. Rumah sakit mana yang paling memuaskan pelayanannya? Tidak ada. Masyarakat hanya disuguhi angka-angka global. Kita seperti berjalan dalam kabut,” ujarnya.
Ia bahkan menyebut Kuningan kekurangan data penting seperti indeks kerukunan umat beragama, indeks toleransi masyarakat, hingga indeks persepsi antikorupsi per OPD. Padahal data seperti itu krusial untuk membangun daerah yang sehat secara sosial dan tata kelola.
Begitupula dengan dosen Kampus Muhammadiyah Dr. Dodi. Ia berpendapat, Pemda Kuningan belum sadar bahaa para pemangku kebijakan itu berlandas di atas “tambang emas” pengetahuan: Perguruan Tinggi.
“Kami di kampus punya tenaga dosen muda, doktor-doktor baru, bahkan fasilitas penelitian. Tapi tidak pernah dilibatkan. Padahal tridarma perguruan tinggi itu bukan hanya mengajar, tapi juga meneliti,” ungkapnya.
Alih-alih memberdayakan SDM lokal, lanjutnya, Pemda kerap hanya mengandalkan data sekedarnya. Alhasil, para akademisi hanya bisa meneliti untuk jurnal, tanpa pernah melihat hasilnya menyentuh kebijakan publik.
Diskusi yang diikuti para akademisi, dosen muda dan praktisi serta pecinta data sendiri berlangsung sekitar 3 jam. Dalam notulensinya, dikatakan bahwa Kuningan memang darurat data.
Diskusi seperti itulah yang membangkitkan semangat untuk melengkapi data. Tanpa data yang kuat, pembangunan dikatakan hanya akan jadi mimpi. Dan tanpa melibatkan ilmu pengetahuan, mimpi itu takkan pernah jadi kenyataan. (eki)