SELAJAMBE (MASS) – Jika pernah berkendara dari arah Kecamatan Darma menuju Kecamatan Selajambe, pasti tidak asing dengan sebuah batu besar yang menjadi icon dan tanda memasuki kawasan Kecamatan Selajambe. Batu perbatasan antara Desa Cimenga Kecamatan Darma dan Desa Padahurip Kecamatan Selajambe ini memang sangat terlihat dan mudah diingat, namanya batu hurip.
Seperti namanya, batu yang terletak di Desa Padahurip tersebut, kerap dikaitkan sebagai batu yang hurip, hirup, hidup.
“Ya itumah sebutan aja, karena kan dulunya itu batu ada di gunung, tapi kebawa air jadi turun kebawah, ya ke situ (pinggir jalan, red). Dianggapnya batu berjalan, hidup,” ujar Andar pemilik warung yang berada di pengkolan tak jauh batu hurip, Kamis (7/11/2019).
Saat ditanyai soal ada tidaknya hal mistis yang dipercayai di batu hurip, Andar malah menertawakan. Meski begitu, batu lainnya lah yang memiliki nuansa mistik.
“Batu hurip mah udah itu mah batu biasa aja, tanda pemisah wilayah aja. Kalo yang satunya, masih ada di atas tuh keiket akar, namanya batu lumbung, dulu sih rumornya biar panennya banyak, lumbung. Tapi lah sekarang mah udah gak zaman lah ya,” ceritanya pada kuninganmass.com, Kamis (7/11/2019).
Sambil bercerita, awak media ini disuguhi es kelapa muda yang melegakan tenggorokan. Cuaca panas yang dilewati terasa lenyap dalam obrolan dan teduhnya di Warung Andar, Sadagung.
“Tapi ya dengar-dengar sih ya, rumor ini mah, batu lumbung juga bakal nyatu kebawah lama-lama mah nantinya tuh,” ujarnya.
Selain mendapat informasi dari Andar, sempat juga beredar rumor soal batu hurip yang membesar. Hal ini juga dibantah oleh penduduk desa setempat, Dedi.
“Itumah kan, karena dulunya ketibun tanah, sekarang tanahnya makin kekikis. Jadi makin keliatan, bukan tambah besar ya,” ungkapnya.
Terlepas dari hal-hal yang terkait dengan batu hurip, diakui banyak pelancong batu hurip memilki pesona tersendiri. Beberapa pengendara kendaraan juga terlihat sering berhenti di sekitar batu untuk sekedar berfoto, selfie maupun foto bersama. (eki)