KUNINGAN (MASS) – Kuliah Kerja Nyata, yang nyatanya … tidak usah gusar, KKN kali ini pasti cukup menyenangkan, kok. Namun, apakah kawan-kawan mahasiswa pernah merenungkan, kelompok KKN itu sama enggak sih dengan organisasi-organisasi modern pada umumnya?. Sebagai mahasiswa (terpelajar pula) sudah pasti memiliki Ilmu Pengetahuan, istilah kerennya memiliki kemampuan intelektual.
Maksudku, dalam menjerumuskan diri ke masyarakat apakah cukup dengan bekal ilmu pengetahuan? Enggak, kan. Walau pun intelektual kita di atas Einstein, barangkali, kalau sama sekali enggak punya modal sosial ya buat apa ilmu pengetahuan itu.
Oke, sekarang kita cari jalan keluarnya. Sebelum terjun ke masyarakat sebaik-baiknya kita punya bekal, kalau kata Pram di buku Jejak Langkah kita harus punya, Ilmu pengetahuan, organisasi, dan alat.
Coba pikir baik-baik, eh. Sudah punya semua, belum?. Ayo kembali ke pertanyaan awal. Aku enggak akan bertele apa itu organisasi dan lain-lain. Yang perlu kita ketahui ialah bahwasanya substansi organisasi itu merupakan modal sosial. Seperti kata Fukuyama, dengan istilah Social Capital. Sepemahamanku social capital ini terbangun atas dasar trust atau kepercayaan, bukan hanya dalam skala individu tetapi sosial.
Makanya, kuliah kerja nyata, sendiri juga pasti bisa, asalkan punya social capital. Enggak perlu muluk-muluk atau pun banyak berfilosofi, itu hanya cericau semata. Intinya kita masih sama-sama belajar (sayangnya bukan belajar saling mencintai, hmm).
Ocehan-ocehan Revolusi Industri sudah pasti mewarnai. Ya, kita memang memerlukan itu semua. Namun, apakah kita sudah siap? Siap enggak siap, memang harus. Apalagi ini semua terjadi gara-gara pandemi. Pandemi memaksa kita untuk saling menjauh, eh. Sudahlah, serius enggak serius yang paling penting kita bisa bermanfaat, setidaknya bagi RT setempat, ya kan.
Kesimpulan dari tulisan sederhana ini ialah, kerja nyata perlu diwujudkan, bukan hanya semata-mata “Aku unggah maka aku ada”, tetapi “Aku mengabdi maka aku ada”.
Karena hal-hal semacam ini yang pasti bakal melatih kecerdasan emosional. Dalam arti, yang tadinya hanya sekadar simpati besok-besok punya girah empati yang besar. Sudah banyak yang bilang juga kok, bahwa kualitas seseorang terpancar dari perbuatannya, bukan warna kulit, jenis kelamin, dll.
Semoga kita sehat selalu lalu bisa menjadi dan memberikan yang terbaik.
Penulis: Inggil Abdul Kafi. Mahasiswa IAIN Cirebon asal Kuningan yang sedang menjalani KKN Dari Rumah, kelompok 120.