KUNINGAN (MASS) – Setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Kuningan memiliki ahli gizi yang kompeten dalam menyusun menu dengan spesifikasi nilai gizi yang sesuai. Hal ini sangat penting, mengingat kebutuhan kalori dan gizi anak-anak berbeda-beda.
Meski mungkin gizinya cukup, banyak makanan yang tidak dimakan siswa, entah karena makanan terlalu lama, selera atau bahkan alergi. Menanggapi menu MBG tidak dimakan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, dr. H. Edi Martono, MARS meminta ahli gizi di setiap SPPG harus kreatif dan detail dalam menyusun menu.
Hal ini, kata Kadinkes, penting agar setiap anak mendapatkan asupan yang tepat, terutama bagi mereka yang memiliki alergi terhadap bahan makanan tertentu dan ini tidak berpengaruh terhadap mereka yang masih fresh graduate.
“Secara umum mereka memang lulusan Gizi selayaknya ngerti porsi dan persentase kebituhan nya. Mereka harus memahami data gizi dan apa yang harus disajikan untuk sekitar 3000 penerima manfaat. Jangan sampai ada makanan yang tidak sesuai dan terbuang sia-sia,” ungkapnya.
Kondisi ini menjadi perhatian utama, terutama terkait alergi makanan seperti telur, ikan, dan bahan lainnya. Ia mengingatkan bahwa pemahaman mengenai alergi makanan harus menjadi bagian dari pelatihan bagi ahli gizi.
“Mereka harus memastikan bahwa menu yang disajikan tidak hanya bergizi, tetapi juga aman bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki alergi,” tambahnya.
Lebih lanjut, dr. Edi menjelaskan saat ini masih terdapat tantangan dalam penyediaan data gizi yang akurat. Setiap SPPG harus memiliki data mengenai kondisi penerima manfaat agar dapat menyusun menu yang sesuai.
“Saya udah ngisi materi juga kaitan dengan itu, ya tapi di lapangan terkadang berbeda dengan teori yang sudah disampaikan,” pungkas Kadis Edi. (raqib)