Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Baca-Tulis Sebuah Jodoh Paling Romantis

KUNINGAN (MASS) – Selain manut perintah firman pertama dari sang Maha Pencipta dan Maha Segalanya, membaca juga menambah rasa PD saat menulis. Hal ini bukan tanpa dasar, membaca & menulis adalah sebuah jodoh yang tidak dapat dipisahkan.

John Cheever sempat menggambarkan hubungan baca tulis dengan sebuah ungkapan romantis. Menurutnya jika baca-tulis dipisahkan, maka anda tidak akan menemukan kenikmatan hakiki layaknya kaum millenial rebahan.

Seperti bercumbu, Ia harus memiliki lawan yang padu, kalo sendirian ya bertepuk sebelah bibir bu. Bukankah begitu? Ini ungkapan aslinya “I can’t write without a reader. It’s precisely like a kiss—you can’t do it alone.” – John Cheever –

Di luar sana, di jagat maya raya. Barang tentu sudah banyak sekali tulisan mengenai manfaat baca-tulis, tetapi jauh di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, ada beberapa candu yang tak bisa diadu antara membaca & menulis dengan giat – giat lainya yang juga memiliki efek candu atau bahkan rindu.

Nothing is more satisfying than to write a good sentence _Barbara Tuchman_
Pertama, Saya bisa merasakan kepuasan lahir batin ketika sebuah tulisan dapat memberikan efek yang luar biasa kepada para pembaca. Bisa tersinggung, terinspirasi maupun tersadarkan dari tidur panjang fikiran dan perasaan.

Tiap orang akan merasakan hal yang berbeda, bergantung kepada pilihan warnanya, hitam, putih, atau abu-abu. Mengenai sebuah bumbu, biasanya Saya lebih suka menulis dengan gaya satire (satirical style of writing). Sindiran halus namun bermakna dalam, tak terasa sebuah kritikan namun pedas membekas.

Bagi yang mengerti, terkadang yang dikritik akan terasa seperti benar – benar dungu, meminjam istilah Bung Rocky Gerung, atau sangat bebal kata yang digaungkan Budiman Sujatmiko. Seperti tulisan Gulliver Travels, masterpiece Jonathan Swift yang jelas menyindir sebuah gambaran kenyataan latar dominasi 2 partai politik besar di Inggris.

Atau The Rape of the Lock karya Alexander Pope sebuah satire puitis di mana Ia menyindir kelas menengah atas Inggris abad ke-18 yang rajin memperlihatkan kesombongan para wanita dan pria muda modis dalam keseharianya. Gaya ini saya pilih karena cenderung santai namun tidak kehilangan ruhnya yang hidup dan menghidupkan sebuah tulisan.

Swim ! You will know the water exactly
Kedua, menulis bagiku dapat memberikan gambaran seperti apa para pembaca. Saya sangat percaya ada dua orang di dunia ini yang tidak akan pernah bisa dinasihati. 1. Orang yang jatuh cinta, 2. Taklid buta pendukung capres.

Sa Pernah sesekali menuliskan tentang klarifikasi salah satu ‘kandidat’ yang ending nyatanya hanya menyadarkan kita tentang berharganya sebuah kata maaf, maklum dan khilaf. Namun apa daya tangan tak sampai, bunga ramapai enggan digapai.

Mereka, kaum nomor dua tanpa tedeng aling – aling merasa paling benar diatas sang maha besar, padahal nyatanya mereka paling bebal diantara yang kebal hehe. lha misal : sejak kapan seluruh ulama di negeri tercinta ini memiliki pilihan yang sama akan kandidat politik, atau sejak kapan menteri itu bukan bagi – bagi kursi hmm. If (only) You know what I mean Dude. Namun tetap saja mereka itu jumawa, dari sisi sini Saya sangat bisa mengambarkan jenis apa mereka wahai sang para pembaca.

Know the enemy and know yourself _Sun Tzu_
Ketiga, menulis juga dapat mengukur sejauh mana kualitas mereka yang kita tuju dalam sebuah tulisan. Dalam kritik sastra yang kita mafhum secara umum ditujukan untuk mengkaji dan menafsirkan sebuah karya. Tulisan satir pun tak jauh beda seperti itu, ia sebenarnya mengkaji dan menafsirkan.

Oleh karenanya jika memang ada makna yang pucat pasi, lawan kita akan memberikan klarifikasi atau jawaban pasti. Namun nyatanya hal itu juga sering terlewatkan (baca: sengaja dilewat). Mereka seolah tidak tahu bahwa ada yang mengingatkan. Atau Mereka cenderung suka diingatkan dengan cara yang frontal.

Respon inilah yang akan memberi tahu kita seperti apa kualitas mereka. Great, Good, Poor, atau bahkan Worst. Bagaimana kuningan ? pembaca yang budiman sudah tahu jawabanya.

Dari tiga faedah diatas Saya bisa melakukanya hanya jika telah menyelesaikan sebuah bacaan, tak perlu yang berat – berat untuk memulai seperti teori politik, ekonomi makro atau filsafat. Awali dari yang ringan – ringan dulu, misal: membaca status mantan, stalking story teman rasa pacar lalu membaca undangan pernikahan bekas gebetan setelah itu baru baca buku beneran. Pahamkan sayang ? hehe

Ageng Sutrisno Wisanggeni Wicaksono
Bukan Pengamat

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version