KUNINGAN (MASS) – Gejolak yang terjadi di tubuh PPP Kuningan sempat ditanyakan penyebabnya oleh awak media. Saat dikaitkan dengan dugaan mahar politik, petinggi partai berbasis massa Islam ini membantahnya.
“Kalau ada bahasa PPP lari (dari paslon AR) gara-gara mahar politik, saya tegaskan bukan itu. Kita lebih kepada komitmen kedaerahan bagaimana agar lebih baik. Lalu komitmen politik agar gimana kita sama-sama menang dan bisa berbuat ke daerah juga,” jelas Wasekjen DPP PPP, Arya Permana Graha.
Saat itu waktunya terlalu mepet. Sementara paslon yang memiliki komitmen yang sama, belum ketemu. Meski hanya memiliki 3 kursi, PPP tidak mau hanya jadi penonton. Sehingga keluar intruksi dari Ketum DPP Romahurmujiy untuk dilakukan penjajakan.
“Kita komunikasi dengan semua. Baik paslon Acep-Ridho, Dudy-Udin, Toto-Yosa, dan juga Uno-Mamat, waktu itu. Hingga akhirnya ketemu chemistry dengan paslon Toto-Yosa,” ungkap Arya.
Setiap pilkada, dukungan kader partai terhadap paslon tidak selalu bulat. Kondisi lonjong seperti itu, menurut dia, terjadi pula di daerah lain dan juga parpol lain. Lonjongnya dukungan itu kemungkinan akibat kekerabatan, kekeluargaan, pertemanan atau kontrak yang sudah dibangun.
“Jadi sebetulnya bukan sesuatu yang luar biasa. Ini kita anggap sebagai bagian dari ujian. Kalau lulus ujian berarti kita naik kelas,” ucapnya.
Yang jelas PPP sudah final ke paslon Toto-Yosa alias Sentosa. Itu meliputi kader struktural, termasuk badan otonom partai dan kader berKTA PPP. Sudah jadi keharusan seluruh kader PPP mendukung dan memenangkan paslon Sentosa. (deden)