KUNINGAN (MASS) – Masyarakat Kabupaten Kuningan tengah dihebohkan dengan isu keberadaan komunitas yang diduga merupakan kelompok LGBT. Menyikapi hal itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kuningan menegaskan, fokus utama mereka yakni pada pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, terutama HIV/AIDS, bukan mengurusi komunitas secara spesifik.
Menurut Nike Desian Dini Dewi selaku bagian Pengelola Program HIV/AIDS Dinkes Kuningan, edukasi dan pemeriksaan rutin HIV/AIDS telah dilakukan secara berkala setiap tiga bulan. Ia menyebutkan, Dinkes Kuningan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti LSM Petik dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) untuk menjangkau populasi berisiko.
“Kami tidak mewadahi komunitas tertentu, tetapi lebih pada edukasi, pencegahan, dan pengobatan penyakit menular. Informasi lebih dalam terkait komunitas bisa dikonfirmasi ke mitra yang memang langsung turun ke lapangan,” ujar Nike saat ditemui pada Selasa (29/7/2025).
Dijelaskan, perilaku seksual dalam komunitas gay memiliki risiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS, terutama karena hubungan seksual melalui anus yang lebih rentan terhadap infeksi, seperti gonore dan penyakit menular lainnya.
Meski total komulatif kasus dari tahun 2013 hingga Juni 2025 sebanyak 1.189, namun ada kabar baik terkait penanganan HIV/AIDS di Kuningan. Berdasarkan data Dinkes, jumlah kasus penemuan HIV/AIDS mengalami penurunan. Dari 170 kasus pada tahun 2023 menjadi 135 kasus di tahun 2024. Penurunan tersebut dinilai sebagai hasil dari upaya edukasi, penyuluhan, serta pemeriksaan yang masif dilakukan oleh Dinkes bersama mitra hingga ke tingkat puskesmas dan masyarakat.
Ketersediaan obat bagi Orang Dengan HIV (ODHIV) juga semakin membaik dan mudah diakses. Namun, Nike menekankan, pengendalian penyakit tersebut tidak cukup hanya dari sektor kesehatan.
“Penting untuk meningkatkan edukasi sejak dini, diiringi dengan penguatan keimanan, lingkungan sehat, serta peran aktif orang tua dan sekolah. Bahkan tokoh agama dan masyarakat juga punya peran besar dalam membentuk perilaku yang sehat,” ungkapnya.
Nike menambahkan, perilaku LGBT bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah tergantung pada pengaruh lingkungan dan media sosial, serta motivasi pribadi individu.
Dinkes Kuningan berharap agar seluruh elemen masyarakat dapat bergandengan tangan dalam membangun kesadaran, menghapus stigma, dan menjaga kesehatan bersama, terutama dalam menghadapi isu-isu sensitif yang sedang viral di masyarakat. (argi)