KUNINGAN (MASS) – Ketua Persatuan Alumni (PA) GMNI Kuningan raan Suparman angkat bicara terkait pemukulan yang terjadi dalam aksi GMNI Kuningan di Dinsos pada Kamis (12/8/2021) lalu. Pasalnya, pelaku intimidasi dan pemukulan ternyata anggota PA.
“Dari forum alumni tidak pernah mengintruksikan bentuk-bentuk seperti itu, penekanan, intimidasi, intervensi, gak pernah. Karena GMNI anti hal-hal seperti itu, kita jusrtu memberikan kesempatan bagi seluruh anak bangsa untuk berekspresi menyampaikan pemikiran-pikiran kritisnya untuk membangun bangsa ini. Jadi kalo PA melakukan intruksi itu di Kuningan gak mungkin,” ujar Rana saat dikonfirmasi, Rabu (18/8/2021) sore.
Rana mengaku, bahkan dengan dengan yang tiga orang pelaku intimidasi dan pemukulan itu, jarang bertemu. Dan dirinya cukup kaget, ketika tiba-tiba ada insiden seperti itu.
“Sesuai dengan apa yang disampaikan DPP GMNI, bahwa DPP minta ada penindakan hukum yang tegas, demi berjalannya supremasi hukum, kan sebetulnya hal-hal seperti itu tidak harus menunggu pengaduan, itu jelas tindakan kriminal,” sebutnya.
GMNI, kata Rana, dilahirkan tidak untuk menjadi bentuk-bentuk preman seperti itu. Rana menyebut, GMNI berjalan demi untuk kajian bangsa ini. Karenanya, menghadapi persoalan seperti itu, pihaknya juga bingung dan menyebut tidak punya kemampuan seperti itu.
Ditanya soal aksi GMNI sendiri, Rana menjelaskan itu adalah hasil dari proses pemikiran temen-temen di cabang GMNI, dan PA menghargai serta menghormatinya. Sebagai ketua PA pun, Rana mengaku nyaris tidak tahu ada agenda seperti itu, karena PA memang tidak boleh mengintervensi.
“Ya kita memberikan dorongan moril, supaya aksi itu benar-benar menyuarakan suara masyarakat. GMNI tidak boleh steril dari kepentingan rakyart, harus menyatu. Dan d musim pandemi ini mungkin ada fenomena yang dipandang GMNI perlu ada pelurusan dari stekholder terkait, harusnya itu diterima, wajarlah di era seperti ini. Karena era-nya udah begini,” imbuhnya.
Terakhir, Rana yang kini juga anggota DPRD Kuningan itu menyebut, ada rumor yang mengatakan bahwa alumni yang melakukan intimidasi itu, sebelumnya ada upaya menawarkan jasa bisa meredam aksi. Ada upaya, koordinasi dengan dinas, pertemuan di sebuah kafe, menawarkan bisa meredam aksi, dan masih kata Rana, hal-hal seperti itu tidak seharusnya muncul di situasi seperti ini.
“Katanya, ada penawaran jasa, orang ini siap (menjamin, red) tidak terjadi aksi,” ujarnya. (eki/deden)