Connect with us

Hi, what are you looking for?

Religious

Aktivis Lintas Agama Kuningan Berkumpul, Serukan Aksi Toleransi

KUNINGAN (MASS) – Yayasan Pasamoan Kuningan bersama aktivis pemuda dari perwakilan agama dan keyakinan se-Kuningan menggelar Forum Group Discussion (FGD) tentang mitigasi konflik sosial keagamaan di wilayah Kabupaten Kuningan. Kegiatan dilaksanakan di aula Unisa Kuningan, Minggu (23/7/2023) ini.

Koordinator pelaksana, Sopandi menerangkan, kegiatan dilaksanakan dalam rangka membangun silaturahmi dan diskusi lintas agama dan keyakinan di Kuningan. FGD tersebut membahas sejarah dan dinamika konflik sosial keagamaan yang pernah terjadi di wilayah Kabupaten Kuningan beserta rekomendasi pencegahannya.

“Melalui kegiatan ini kami mengajak para aktor atau aktivis lintas agama dan keyakinan di Kuningan untuk terus berdialog, menemukan titik temu dari keragaman agama dan keyakinan dalam rangka merawat perdamaian,” tuturnya.

Menurutnya, beberapa peristiwa konflik keagamaan yang pernah terjadi harus menjadi pelajaran supaya tidak terulang. Para pemuda di masing-masing agama dan keyakinan harus berperan aktif membangun dan menyebarkan narasi damai, terbuka dengan keragaman, baik di intra maupun antar agama dan keyakinan, supaya bisa mencegah terjadinya tindakan intoleran dan diskriminatif.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Kami sepakat semua agama mengajarkan nilai-nilai baik. Hubungan baik dengan Tuhan harus diikuti dengan amal baik, sikap adil di dalam hubungan sosial kemanusiaan. Semangat itulah yang kami bangun,” katanya.

FGD tersebut diawali pemaparan materi oleh dosen Unisa Kuningan, Dr Sulaeman. Pada kesempatan itu dibahas tentang peran agama dalam perdaiaman dan konflik sosial, teori konflik, sejarah konflik di Kuningan, dan rekomendasi pencegahan dan penanganannya. Menurutnya, agama dan keyakinan memiliki dua potensi, di satu sisi berperan besar dalam mendamaikan, tetapi juga banyak menjadi pemicu sejumlah konflik yang pernah terjadi.

“Tetapi yang saya analisis, tidak ada konflik yang benar-benar berawal atas nama agama. Hampir semua konflik motifnya adalah politik, ekonomi, dan kepentingan-kepentingan lainnya. Agama sering dijadikan pemantik saja supaya emosi penganutnya tersulut dan terbakar,” tuturnya.

Sebagai tokoh yang konsen di dunia pemikiran, dirinya menyambut baik dialog lintas keagamaan dan keyakinan yang dilaksanakan generasi muda Kuningan, termasuk Yayasan Pasamoan. Ia berharap para pemuda menjadi aktor perdamaian di Kuningan supaya peristiwa-peristiwa diskriminatif yang pernah terjadi tidak kembali mencoreng kerukunan dan kedamaian warga Kuningan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Sopandi menambahkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian program yang rutin dilaksanakannya. Menurutnya, Yayasan Pasamoan akan terus konsen dalam bidang pemberdayaan sosial dan secara khusus focus peningkatan kualitas kehidupan beragama, moderasi beragama, pendidikan, dan pelestarian lingkungan.

Yayasan Pasamoan terbentuk oleh beberapa keprihatinan melihat perkembangan dunia pendidikan yang seakan terpisah dari situasi dan kondisi sosial, budaya, dan lingkungan masyarakat sekitar, keprihatinan menyaksikan praktik kehidupan beragama yang kurang menerima dan menghargai perbedaan, dan masih maraknya praktik diskriminasi terhadap kalangan minoritas di Kabupaten Kuningan.

“Pada sesi ini juga kami mengingatkan bahwa menjelang Pemilu, politisasi agama sering terjadi bahkan menjadi alat ampuh untuk menyulut emosi umat. Umat beragama dibenturkan untuk membenci kelompok atau tim yang tidak sejalan. Ini sangat memprihatinkan. Semoga masyarakat dan khususnya generasi muda Kuningan semakin cerdas dan bisa menolak politisasi agama,” pungkasnya. (eki)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version