KUNINGAN (MASS) – Pada Jumat pagi, 10 Januari 2025, Masjid Husnul Khotimah, Maniskidul, menjadi pusat kegiatan pengajian yang dihadiri oleh Majelis Taklim se-Maniskidul. Acara yang berlangsung dari pukul 07.00 hingga 09.00 WIB ini penuh dengan suasana khidmat dan hikmah, dihadiri oleh ratusan peserta yang antusias mendengarkan tausiyah dan merenungkan makna kehidupan.
Acara ini dipandu oleh MC H. Maman Suhardiman, diawali dengan hadharah oleh H. Darkun, Ketua DKM Al Hidayah Maniskidul serta sambutan pembuka dari Ketua Umum Yayasan Husnul Khotimah Kuningan, KH. Mu’tamad, Lc., M.Pd., Al Hafidz. Kemudian, tausiyah disampaikan oleh KH. Imam Nur Suharno, S.Pd., S.Pd.I., M.Pd.I., dengan doa penutup yang dipimpin oleh Ust. Firdaus, S.Pd.I.
Dalam ceramahnya, KH. Imam Nur Suharno menekankan pentingnya kesyukuran atas nikmat yang telah Allah berikan. Ia mengajak peserta untuk merenungkan modal besar yang Allah berikan sejak manusia lahir ke dunia.
“Ketika kita lahir, Allah tidak langsung memberikan kita makanan, uang, atau harta. Namun, Allah memberikan kita modal berupa telinga, akal, dan hati. Dengan telinga, kita diajarkan untuk mendengar dan menyimak, sehingga mampu membedakan berbagai suara dan memahami tanda-tanda kekuasaan Allah,” jelasnya.
Imam juga mengingatkan bahwa dalam Islam, anak yang baru lahir pertama kali diperdengarkan azan. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, suara azan itu bukan sekadar seruan, tetapi doa dan harapan agar anak-anak tumbuh menjadi hamba yang mengenal Allah sejak dini. Ketika kita memperdengarkan kalimat Allah ke telinga mereka, harapannya nanti ketika kita sakaratul maut, merekalah yang membimbing kita dengan kalimat Allah,” paparnya.
Ustad Imam juga mengajak para peserta untuk bersyukur atas segala karunia Allah yang ada di bumi. “Allah menciptakan bumi dan seisinya untuk manusia. Ada emas, timah, batu bara, minyak, air, dan berbagai sumber daya lainnya. Namun, sering kali kita lupa untuk bersyukur atas nikmat yang begitu besar ini,” ujarnya.
Selain itu, imam menyoroti pentingnya waktu sebagai salah satu bentuk modal yang Allah berikan. “Waktu adalah kehidupan. Rasulullah bersabda bahwa di akhir zaman, waktu akan terasa semakin cepat. Satu tahun terasa seperti satu bulan, satu bulan seperti satu pekan, dan satu pekan seperti satu hari. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu ini dengan sebaik-baiknya, karena setiap detiknya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah,” jelasnya.
Dalam ceramahnya, Ustad Imam juga menyampaikan sebuah kisah tentang seorang anak kecil yang menangis saat mengambil air wudhu. Ketika ditanya oleh seorang bapak mengapa ia menangis, anak itu menjawab, “Aku teringat ayat Allah yang mengatakan bahwa bahan bakar neraka adalah manusia dan batu. Aku takut menjadi ranting kecil yang pertama dibakar”.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa manusia harus membaca dengan mata hati, bukan hanya dengan mata kepala, dan senantiasa merenungi ayat-ayat Allah.
Melalui ceramah ini, peserta diajak untuk terus merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah, bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk beribadah. Pengajian ditutup dengan doa oleh Ustad Firdaus, yang memohon keberkahan bagi semua yang hadir dan memohon agar Allah memberikan nikmat untuk terus istiqamah dalam ibadah.
Acara ini menjadi momentum yang penuh hikmah bagi seluruh peserta, mengingatkan mereka akan pentingnya bersyukur, memanfaatkan waktu, dan memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. (deden)