KUNINGAN (MASS) – Keruhnya air PAM yang berasal dari sumber air Batunganjut mendapat penjelasan dari Direktur PAM Tirta Kamuning, H Deni Erlanda SE MSi. Setelah meminta maaf kepada pelanggan, ia menyinggung soal sisa kebakaran Gunung Ciremai dulu yang membuat air seperti Cikopi.
“Kami dari manajemen mohon maaf atas keruhnya air yang berasal dari sumber air Batunganjut yang mengalirkan ke pelanggan di wilayah pelayanan Kramatmulya. Bukan unsur kesengajaan, melainkan force majeure (keadaan memaksa),” terangnya, Senin (2/3/2020).
Force majeure yang Deni maksudkan, dulu di Gunung Ciremai pernah terjadi kebakaran di sekitar areal 1.400 hektar. Lantaran Batunganjut itu berasal dari air permukaan maka ketika dihajar hujan deras, sisa-sisa kebakarannya terbawa.
“Karena di hulu pernah kebakaran, ketika dihajar hujan, dedak atau sisa kebakarannya kebawa yang membuat air seperti cikopi,” ungkap Deni.
Sebetulnya, petugas sudah berusaha melakukan antisipasi dengan menutup pasokan air dari Batunganjut untuk sementara waktu. Pelayanan airnya dikirim bantuan tanki. Namun ternyata ada yang lolos yang masuk ke perumahan di bawah.
“Padahal ada IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sederhana), dan kejadian seperti ini baru sekarang. Mungkin nanti kita akan meminta bantuan ke pemda untuk membikin IPA (Instalasi Pengolahan Air) yang lebih sempurna, agar tidak terjadi lagi yang seperti ini,” ucapnya.
Air Permukaan Mengandalkan Curah Hujan
Lantaran mengandalkan air permukaan, sumber air Batu Nganjut mengering apabila dilanda musim kemarau terlalu lama. Debit airnya maksimal 30 liter/detik apabila musim hujan. Namun ketika musim kemarau, hanya kisaran 5 liter/detik saja.
“Makanya suka kekurangan air ke wilayah Cirendang, Kramatmulya, karena debitnya berkurang. Bayangkan saja, 30 liter/detik yang bisa mencukupi 3000 pelanggan, kalau 5 liter/detik kan cuma 500an pelanggan. Tapi Alhamdulillah sekarang punya alternatif mata air Cibangir. Insya Allah April mulai dibangun, kita suntik ke perumahan-perumahan,” bebernya.
Air dari Batu Nganjut diakuinya keruh karena mengandalkan air permukaan. Lain hal dengan sumber air Kopi Bojong Cisantana, itu mata air. Namun dirinya kembali meminta maaf atas kekurangnyamanan pelanggan.
“Ini post majeure. Bisa dilihat videonya. Dari curugnya itu keruh. Bahan bakunya kotor. Tapi memang bukan kotor baksil ya, ini mah dari sisa kebakaran yang kebawa air hujan,” ujarnya.
IPAS yang bertujuan untuk menyaring air di Batu Nganjut hanya bersifat sederhana. Itupun IPAS dibangun oleh Dinas PUPR dulu seperti IPAS Ciniru. PAM yang dulu masih bernama PDAM hanya menerima aset saja.
“Kita bukan regulator ya, hanya operator. Jadi kita hanya nerima aset saja. Nanti kita akan rehab IPASnya sementara, sambil meminta bantuan pemda untuk membikin IPA supaya lebih sempurna,” pungkas Deni. (deden)