KUNINGAN (Mass) – Kendati banyak yang mengapresiasi Gelar Budaya Angklung Orkestra hingga pencanangan Kabupaten Angklung, namun ada pula yang menyayangkan. Bahkan lewat akun media sosial, ada salah seorang aktivis yang mengeluarkan ktitikan pedas.
Djedjet Iman S misalnya, ketua SIMAK (Silaturahmi Independen Mantan Aktivis KNPI) ini mengakui banyaknya warga yang mengapresiasi acara tersebut. Hanya saja ia menyayangkan ketika ribuan peserta mengenakan baju muslimah, justru sang Dirigen sebaliknya.
“Hanjakal anggoan dirigen sanes baju muslimah (Sayang baju yang dikenakan dirigen bukan baju muslimah). Padahal pesertana mah ngaranggo jilbab,” kata Djedjet, Senin (22/5/2017), menggunakan Bahasa Sunda.
Sedangkan Hana Nining, seorang aktivis lingkungan merasa heran melihat banyaknya pencanangan di Kuningan. Bahkan dirinya malah memberikan julukan Kuningan sebagai Kabupaten Bingung.
“Saya heran sama Kuningan. Saya bilang ini Kabupaten Bingung. Kabupaten Konservasi alamnya banyak ancur. Kabupaten Pendidikan, lihat noh sekolah penerbangan dan anak putus sekolah. Kabupaten Angklung, apalagi ini teh?,” ketusnya.
Dia mengajak agar dibuktikan jangan hanya sekadar seremonial belaka. Ketika berbicara harus sesuai dengan kenyataan, usaha dan tekad. Hingga Hana Nining mempertanyakan berapa anggaran yang habis untuk seremonial tersebut.
Sementara, salah seorang tokoh Kuningan yang kebetulan menjadi pejabat di Kemenag Kuningan, H Yusron Kholid MSi turut mengeluarkan kritik.
“Munculnya respons sebahagian masyarakat terkait gelar pencanangan Kuningan sebagai Kabupaten Angklung hendaknya patut terus dipublisir secara tupoksional. Sungguh respons sebahagian pemerhati daerah termasuk obrolan di jalanan, berangkat dari minimnya publikasi terkait rencana kegiatan tersebut yang terkesan spektakuler namun nyaris tak terdengar,” ucapnya.
Padahal bila sifatnya universal berkenaan pelibatan nama Kabupaten Kuningan, menurut Yusron, sejatinya terekspos secara massif. Ini dimaksudkan agar tumbuh rasa memiliki bahwa pencanangan itu murni kehendak warga Kuningan, yang bangga warisan kreasi budaya yang asli dibidani atau produk ‘pituin urang Kuningan’.
“Alhamdulillah dengan munculnya tanggapan masyarakat walau beskala kecil di media, kemudian direspons oleh para pihak khususnya pemangku kepntingan yang terlibat di kepanitiaan, berarti persoalan kepenasaran publik telah clear dan terpahami dengan bagus,” kata salah seorang bakal calon wabup 2018 itu.
Sebagai warga dirinya dapat memahami dan apresiatif, terlebih ketika potensi yang diprogramkan sepenuhnya dari bumi Kuningan serta upaya promosi kedepannya. Ia juga menyampaikan saran pandang, bahwa respons publik tiada lain bentuk penguatan serta peneguhan suatu program agar lebih tersempurnakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
“Semoga Kabupaten Angklung menjadi nilai tambah menuju terwujudnya visi misi Kuningan khususnya di ranah Mandiri dan Kesejahteraan Rakyat Daerah,” harapnya. (deden)