KUNINGAN (Mass) – Adanya 7 produk yang mampu menembus pasar dunia, menuai respon dari salah seorang anggota DPRD berbasic pengusaha, H Karyani. Kendati industri pemroduksi 7 jenis barang ekspor itu berada di Kuningan, namun dia meminta agar jangan bangga dulu.
“Saya mendukung adanya beberapa industry yang masuk ke Kuningan. Seperti pasta ubi, bulu mata dan lainnya. Tapi jangan bangga dulu. Kita harus lihat apakah produknya mencantumkan wilayah produksi atau tidak,” kata politisi PDIP itu kepada kuninganmass.com Jumat (14/4/2017).
Di beberapa produk lain, terdapat kemasan yang mencantumkan wilayah produksi barang. Ini bisa pula diterapkan di Kuningan. Ketika ada industry yang menghasilkan barang ekspor maka nama Kuningan dicantumkan pula.
“Jadi di kemasannya itu ada tulisan Made In Kuningan Jawa Barat Indonesia. Bukan Cuma Made In Indonesia saja. Kalau sudah dicantumkan, baru kita boleh bangga. Jangan sampai kita dibodohi, industry di kita tapi gak dicantumkan wilayak produksi dalam kemasannya,” ketus Jikar, sapaan akrabnya.
Selain itu, produk ekspor tersebut diharapkan oleh Jikar diperkenalkan pula ke masyarakat local. Ia mencontohkan bulu mata, tidak sedikit dari warga Kuningan sendiri yang membutuhkannya. Untuk itu menjadi tugas Disperindag untuk memperkenalkan produk tersebut.
“Jangan sampai di luar negeri booming, orang Kuningannya sendiri pelanga-pelongo. Gimana mau bangga kalau tak tahu dan mengenalnya,” kata wakil rakyat yang kini duduk di komisi I itu.
Menanggapi pelatihan ekspor impor yang diselenggarakan Disperindag, Jikar mengatakan, dari dulu pun dilaksanakan. Tinggal bagaimana sasaran dari pelatihan tersebut. Industri yang sudah berjalan, menurut dia, tidak perlu lagi diikutsertakan. Justru industry yang baru bergerak pada tataran local, perlu didorong untuk masuk level nasional bahkan jadi pengekspor.
“Kaya industry pasta ubi, bulu mata, gak harus ada pembinaan lagi. Mereka sudah jelas mampu menembus pasar luar negeri. Yang punyanya kan orang luar. Pasta ubi orang Jepang, bulu mata orang Korea,” ungkap Jikar.
Dia mendukung adanya pengusaha luar yang berinvestasi di Kuningan. Tapi patut diwaspadai, dalih efisiensi biaya produksi jangan sampai memurahkan gaji pekerjanya. Efisiensi usaha dibolehkan namun jangan merampas hak pekerja. Pemda Kuningan diminta oleh Jikar mengawasi hal tersebut.
“Sekarang banyak investor yang akan masuk ke Kuningan dengan dalih efisiensi karena tenaga kerja di Kuningan murah. Kita jangan terjebak di situ,” pintanya.
Selama ini Kuningan selalu menerima investor para pengusaha besar dari luar. Pihaknya bersyukur banyak industry yang masuk ke Kuningan. Namun politisi yang pernah masuk keanggotaan Komisi II bidang ekonomi itu meminta agar bisa sinergi dengan upah pekerja. (deden)