KUNINGAN (MASS) – Ramadhan, bulan suci kaum muslimin telah tiba dan disambut dengan suka cita. Umat muslim mempersiapkan diri secara fisik dan non fisik demi suksesnya beribadah dibulan ini. Menghadapi momen ini seluruh elemen termasuk pemerintah mengerahkan sejumlah sumberdaya untuk membuat rasa nyaman masyarakat dalam beribadah termasuk juga pada saat Idul Fitri (lebaran) sebagai penutup ibadah puasa ini.
Salah satu peran pemerintah, melalui Bank Indonesia (BI), dalam mendukung ibadah umat muslim adalah dengan menyiapkan sejumlah besar uang yang disiapkan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun ke butuhan layanan perbankan lainnya seperti penukaran uang dan sebagainya. Dalam uraiannya di TVOneNews, disebutkan Bank Indonesia telah menyiapkan uang tunai sebesar 195 triliun rupiah.
Kebijakan yang diambil BI bukan tanpa alasan, sebab semuanya didasari oleh hasil riset serta pengamatan terhadap habit atau tradisi umat muslimin selama ramadhan dan lebaran, keduanya merupakan rangkaian momen yang terus terjadi berulang-ulang dan sudah mendarah daging sejak nenek moyang hingga keturunannya saat ini. Keinginan untuk berbagi kepada handai tolan merupakan kebahagiaan yang tidak bisa dinilai atau dibandingkan dengan materi. Saat apa yg diberikan menjadi berkah, itulah tujuan utamanya pada saat ramadhan dan lebaran yaitu berbagi rizki.
Namun apakah hanya itu untuk mencapai kebahagiaan yang didapatkan selama Ramadhan? Adakah ibadah lainnya yang bermanfaat dan bermakna besar di Bulan Ramadhan? Melalui tulisan ini saya ingin sedikit berbagi sesuatu yang dapat diamalkan selama bulan Ramadhan selain puasa ramadhan sebagai ibadah wajib bagi yang mampu, namun ada beberapa diantaranya yaitu shalat tarawih, membaca Al Qur’an, I`tikaf (mencari lailatul qodar), dan zakat fitrah.
Puasa ramadhan, hukumnya wajib bagi kaum muslimin yang mampu seperti yang tercantum dalam QS: Albaqoroh ayat 185, Alloh mewajibkan Umat Muslim untuk berpuasa sebulan penuh mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun ada kemurahan bagi yang tidak mampu, seperti orang tua, wanita hamil dan menyusui, serta anak yg belum balig tidak wajib menjalankan ibadah puasa. Tiga golongan tersebut di atas diberi kemudahan untuk tidak berpuasa di bulan ini.
Orang tua yang sudah tidak mampu berpuasa, mereka bisa mengganti dengan fidyah, yaitu memberi makan kepada fakir miskin. Bagaimana dengan ibu hamil dan menyusui ? Jika Ibu merasa mampu dan tidak berpengaruh buruk terhadap bayinya, sangatlah diperbolehkan untuk berpuasa, tapi tetap harus menjaga kondisi bunda dan bayi yang disusuinya. Pemenuhan nutrisi untuk bayi tetap harus sempurna, maka diberikan penyela energi di kala puasa seperti susu ibu hamil dan juga susu formula yang banyak tersedia di pasaran.
Bagaimana dengan anak yang belum akil balig? Untuk hal ini, anak yang masih kecil tidak wajib puasa dan tidak wajib membayar fidyah. Adapun untuk anak yang sudah mulai besar (balig), peran bunda sangat besar di sini. Sang anak bisa diajarkan secara bertahap dalam berpuasa. Terkait durasi atau lama berpuasanya sangat tergantung pada situasi dan kondisi anak tersebut. Di awal puasa mereka diajarkan hingga duhur, apabila kuat bisa dilanjutkan. Kedepannya sedikit demi sedikit bisa berpuasa penuh dalam sehari. Pendampingan yang dilakukan oleh orang tua bisa menjadi energi bagi anak untuk belajar beribadah sejak kecil.
Amalan yang kedua adalah shalat tarawih, merupakan ibadah sunnah yang dikuatkan. Dilaksanakan umumnya di mesjid dan dilaksanakan secara berjamaah, namun ada juga yang dilaksanakan di rumah dengan berjamaah ataupun munfaridz. Rakaat yang diterapkan berbeda-beda, umumnya 11, 23 atau ada juga yang 25 rakaat, semuanya memiliki dasar hukum sendiri-sendiri. Tarawih berjamaah di masjid-masjid inilah yang membedakan nuansa Ramadhan dengan bulan lainnya dalam satu tahun. Umat muslim berjalan menuju masjid diiringi shalawat yang berkumandang.
Hikmah lain yang diperoleh dari aktivitas ini adalah kita bisa bersilaturrahiim, bertemu jamaah di mesjid, saling menyapa dan mengucapkan salam. Terjadi interaksi sosial yang bersifat primer yang terbentuk antar orang perorang dimana terjadi komunikasi yang berwujud pembicaraan ataupun gerak gerik badan ,sikap yang menunjukkan adanya hubungan yang baik antar mereka (Subangkit, 2017). Hal seperti ini menimbulkan manfaat yaitu semakin banyaknya mendapat saudara seiman yang sejalan dalam beribadah sehingga memperpanjang silaturrohiim yang tentunya berefek pada murahnya rizki, panjang umur, dan diampuni dosa seperti yg tertuang dalam hadits Nabi : barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahmi (HR.Bukhori no 5985).
Selain shalat tarawih, amalan yang dapat dilakukan saat ramadhan adalah membaca Al Qur’an. Bacalah Al Qur’an dengan tartil maka akan mendapatkan pahala berlipat pada bulan ramadhan . Pada hari biasa di luar Bulan Ramadhan, membaca satu huruf akan mendapatkan 10 kebaikan seperti sebagain kutipan hadits berikut ini ; siapa saja yang membaca dari kitabullah (Al Qur’an) maka dia akan mendapat 1 kebaikan, dan setiap 1 kebaikan dilipatkan kepadanya 10 dan semisalnya. Aku tidak mengatakan Alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi Alif 1 huruf, lam 1 huruf, dan min 1 huruf ( HR At Tirmidzi). Khatam membaca Al Qur’an jika dilakukan pada Bulan Ramadhan merupakan kesuksesan yang luar biasa. Betapa besar pahala yang didapatkan oleh seseorang jika mencapai tahap ini. Dalam mengisi waktu luang dalam berpuasa kita harus bisa menghindari amalan-amalan yang berakibat mengurangi hikmah dan nilai puasa, sehingga puasa dapat menjadi bermakna.
Jika sudah mendekati 10 hari terakhir ramadhan, I`tikaf (ibadah semalaman di masjid) dapat dijadikan amalan andalan untuk mencari pahala. Sebagian kalangan mungkin masih asing dalam menjalankan ibadah I`tikaf di mesjid untuk mendapatkan lailatul qodar pada 10 hari akhir bulan Ramadhan. Ini merupakan amalan mulia yang berpahala lebih baik dari ibadah selama 1.000 bulan atau kurang lebih 82 tahun beribadah secara penuh di mesjid. Sudah jelas manusia biasa seperti kita tidak akan mampu melakukan ibadah selama itu tanpa adanya Rahmat Allah seperti ini.
Oleh karena itu, dengan I`tikaf di mesjid pada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Rasulullah selalu I`tikaf pada 10 hari terakhir Bulan Ramadan (HR Shohih Muslim no 2002), maka pahala seperti itu akan didapatkan. Waktu yang dipakai untuk I`tikaf adalah mulai magrib sampai terbit fajar. Artinya pelaksanaan I`tikaf dapat dimulai sejak shalat magrib hingga subuh. Perlu upaya dan semangat yang tinggi untuk mencapai ini karena diperlukan kesiapan fisik yang sehat. Prakteknya, Jamaah tinggal (bermalam) di masjid selama itu, dan melaksanakan amalan seperti membaca Al Qur’an, shalat hajat dan lain lain.
Membayar Zakat merupakan penutup dari rangkaian amalan di bulan ramadhan. Untuk teknis pembayaran zakat, saat ini ada BAZ (Badan Amil Zakat) dari tingkat pusat hingga daerah yang bisa membantu menyalurkan zakat umat muslim. Zakat merupakan amalan wajib yang dilakukan pada bulan Suci Ramadhan. Disamping itu, saat ini lembaga pendidikan dari SD-SMU sudah aware tentang hal ini, sehingga masyarakat mudah dan terbantu dalam penyalurannya.
Sekolah mengajarkan para siswanya untuk membayar zakat, menanamkan nilai wajib zakat, menanamkan sifat sodakoh sejak dini . Ini adalah nilai moral yang nantinya akan membekas pada siswa didik. Zakat merupakan amalan yang bermanfaat membantu orang-orang yang berhak menerima zakat agar pada hari raya nanti semua umat muslim berbahagia bersenang senang merasakan rohmat zakat di hari raya.
Kembali kepada berita koran online di atas, keputusan atau kebijakan yg diambil oleh Bank Indonesia dalam hal ini pemerintah menunjukkan secara tidak langsung membantu Umat Islam untuk tenang dan nyaman dalam menjalankan ibdah di Bulan Ramadhan. Kebijakan itu meminimalisir kegundahan yang kadangkala tejadi dalam Bulan Ramadhan dan lebaran. Semoga kita bisa menjalankan ibadah dalam keadaan sehat sehingga 5 sukses amalan di Bulan Ramadhan ini bisa tercapai dengan optimal, Amiin Yaa Rabbal A`lamiin.
Penulis : Henni Rosa Triwardani, M.Pd
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Al-Ihya Kuningan