KUNINGAN (MASS) – Lima tahun lamanya duet Dr Dian Rachmat Yanuar-Tuti Andriani SH MKn bakal memimpin daerah. Tagline yang selama ini diusungnya “Kuningan Melesat”. Ketika tagline tersebut yang diusung, sementara di satu sisi APBD Kuningan sedang sakit, nampaknya itu hanya sekadar mimpi di siang bolong.
Apalagi bulan lalu, ketika Dian ditetapkan KPU sebagai bupati terpilih sempat melontarkan program 100 hari pertamanya. Ia menegaskan bakal fokus pada penyehatan APBD pada program 100 hari pertamanya itu. Efisiensi anggaran akan dilakukan, sedangkan APBD 2025 sendiri telah ditetapkan dan sudah berjalan. Bagaimana bisa??
Defisit anggaran yang saat ini mencapai Rp113 miliar, konon akan ditekan sampai di angka 11-15 miliar. Dan selaku mantan sekda, Dian berjanji pada 2026 sudah tidak lagi kasus gagal bayar. Mimpi apa lagi ini??
Tanpa menjelaskan bagaimana skemanya, ia berani berstatement seperti itu. Padahal buat bayar TPP saja terseok-seok. Dulu, sewaktu masih menjabat sekda saja tidak berhasil “menyembuhkan”, bahkan mungkin banyak dipersepsikan oleh sebagian orang sebagai “penyebab”.
Mestinya, agar tidak mengundang reaksi ‘Aah… cuma omon-omon’, Dian dan Tuti selaku “pewaris” pemimpin sebelumnya menjelaskan bagaimana politik APBD yang hendak digulirkannya. Jelaskan, sekarang ini struktur APBDnya seperti apa. Komposisi antara belanja publik dan belanja pegawainya berapa persen?
Bagaimana cara mendongkrak PAD dari daerah yang sejak dulu sulit menggalinya (bukan markup). Dari Galian C kah? Dari PDAM kah? Dari PDAU kah? Dari Bank Kuningan kah? Dari retribusi parkir kah? Menghisap pajak dari rakyat kah? Atau hanya sekadar “nete” ke APBN dan APBD provinsi?
Ini belum sampai berbicara bagaimana memuluskan jalan, angka stunting, angka penyakit menular, angka rata-rata lama sekolah, angka pengangguran, mengatasi volume sampah, atau bicara mengatasi kekurangandalan pasokan air bersih di daerah berjuluk kawasan konservasi yang kaya sumber air.
Belum lagi bicara fenomena langganan banjir yang boleh dibilang sangat ironis karena Kuningan bukan kota besar seperti Jakarta. Apa yang salah dengan perencanaan pembangunan di kota kuda ini??
Setelah dilantik 20 Februari kemarin, mestinya kepemimpinan Dian-Tuti berani menyatakan siap mundur dari jabatan jika target 2 tahun pertamanya tidak tercapai. Sebab jika target 2 tahun saja tidak tercapai, kecil kemungkinannya Kuningan bakal Melesat sampai habis masa jabatan. Justru malah bisa meleset. (deden)